Open My Head

Senin, 05 Desember 2011

Kepercayaan Adalah Kunci Sukses Usaha bukan Uang

Seseorang mengatakan kunci sukses usaha adalah jujur. Ditimpali oleh yang lainnya, ketika belum bisa jujur jangan berbisnis. Sebab kepercayaan lebih mahal daripada modal (uang) itu sendiri. Ketika orang lain sudah percaya, modal akan datang dengan sendirinya. Orang meyakini menjaga kepercayaan berarti mempertahankan customer. Sama dengan mempertahankan image usaha/sama dengan mempertahankan hidup. Senada dengan istilah innovation or die. Istilah yang akrab dalam Islam yaitu berbuat lebih baik dari kemarin.
Apa yang harus dilakukan agar kepercayaan tetap terjaga? Mengangkat ungkapan pepatah, "akibat nila setitik rusak susu sebelanga." Oleh sebab itu, tidak boleh sedikitpun berbuat kesalahan dalam berbisnis. Tidak boleh menipu adalah harga mati bagi seorang pebisnis. 
Apabila menemukan permasalahan, komunikasi baik harus tetap terjaga. Meminta maaf hingga mengganti kerugian 100% adalah upaya menjaga kepercayaan dan persahabatan. Dapat dikatakan secara sederhana bisnis adalah kepercayaan dan persahabatan. Sebab banyak orang mengatakan, Orang membeli barang atau jasa 80% karena suka pada kita. 
Apa yang harus dilakukan tidak lain adalah membangun karakter diri. Jujur, amanah, tepat waktu, ramah, tulus ikhlas melayani adalah beberapa contoh landasan karakter yang harus dibangun. Dalam beberapa kesempatan jika kita perhatikan, kita akan menemukan kunci bisnis terletak pada silaturahmi, kepemimpinan, tim sukses dan rumah tangga.

Sabtu, 03 Desember 2011

Umur Panjang Umur Pendek Sapa yang Tahu?

Baru dua hari lalu seorang bapak usia puluhan tahun berpulang ke Rahmatullah sebab sakit di dalam empedunya. Kemudian beberapa menit lalu terdengar seorang sahabat dilanda kemalangan sebab dua bayi kembarnya meninggal dunia. Siapa yang tahu usia panjang usia pendek tidak ada yang menjamin. Mati bukanlah masalah utama kegalauan semua orang. Namun kehidupan setelah mati benar-benar membayangi setiap manusia yang masih bernyawa.

Kamis, 01 Desember 2011

Apa sih Akhlak Itu?

Dalam suatu forum diskusi, seorang fasilitator bertanya kepada para peserta. Apakah akhlakul karimah? Seorang peserta menjawab akhlak itu ya berbuat kebaikan. Peserta lain menimpali kebaikan kepada sesama. Fasilitator bertanya lagi bagaimana orang berakhlak itu? Peserta diam. Apalagi ketika ditanyakan, Bagaimana ciri-ciri orang berakhlak itu? Apakah berjanggut, berjubah, berbadan tinggi besar, berwajah ganteng, suka berdakwah, fasih berbahasa arab, mampu menerjemahkan Alquran, kemana-mana membawa tasbih? 
Apakah demikian ciri-ciri orang berakhlak itu? Bagaimana ciri orang berakhlak di pasar? Bagaimana ciri orang berakhlak di kantoran/perusahaan? Bagaimana ciri orang berakhlak di rapat paripurna? Bagaimana ciri orang berakhlak di masjid-masjid? Bagaimana ciri orang berakhlak dalam rumah tangga? 
Sepertinya penting sekali.. benar! Ini penting sekali. Ketika definisi dan contoh orang berakhlak tidak kita ketahui dikhawatirkan kita tidak mencerminkannya. Perilaku orang berakhlak itu, di pasar dia memungut sampah dan tidak membuang sampah sembarangan, senyum ramah. Di kantoran tidak membicarakan orang lain, tidak memarahi bawahan, tepat waktu, tidak memotong pembicaraan, tidak mengkritik. Di rumah tidak marah dengan anak, tidak mematahkan semangat anak dsb.
Banyak sekali contoh orang berakhlak yang terlupakan. Ironisnya, pernah ada pernyataan, Islam itu ada di Indonesia sementara akhlaknya ada di barat. Ini mengartikan bahwa Indonesia memang negara Islam namun pelaksananya adalah orang barat yang non-muslim di sana. Sungguh sangat disayangkan sekali ketika dikatakan ini orang Islam marah tidak terima. 
Ketika dikatakan tidak berakhlak orang akan marah siapapun. Namun apabila ditanya apakah anda menghormati tetangga anda? ya, hanya ketika lebaran saja. Apakah anda tepat waktu setiap berjanji? ya, lebih sering terlambat. Manakah yang anda lakukan tegas atau marah pada anak anda? Dan seterusnya-seterusnya.
Maka dari ini marilah kita benar-benar mengkoreksi diri bukan menunjuk-nunjuk orang lain tidak berakhlak.

Murah Hati Untuk Si Miskin

Seorang teman memposting buah karyanya, ...dari empat hal kebaikan, muncul darinya 4 hal yang lebih baik, salah satu pointnya adalah murah hati bagi orang kaya adalah baik, namun bagi orang miskin tentu lebih baik. Kutipan ini bersumber dari seorang filsuf. 
Ini menunjukkan dalam keadaan sempit sekalipun tidak menutup kemungkinan untuk berikfaq. Infaq selalu dihubungkan dengan memberi sejumlah uang, benda berharga (tanah, bangunan, pakaian dll), makanan dan sebagainya. Padahal ada ayat mengatakan berwajah manis pada saudaranya sesama manusia sudah termasuk berbuat kebajikan. Demikian itu tidaklah dapat disepelekan, tersenyum kepada orang lain adalah hal yang memberi kebaikan dan menghindari celaka. 
Misalkan ketika mengendarai sepeda motor, tanpa sengaja kita berjalan memotong pengendara sepeda motor lain. Kemudian secepat kilat dia menyusul kita dan memaki-maki sambil tetap berjalan. Jika kita berikan senyuman dan meminta maaf kepadanya apa mungkin dia terus mengotot mengajak konflik dengan kita? 
Kemungkinan dia akan melemah dan membiarkan kita lewat dengan aman. Hanya karena emosi sesaat orang dapat meledak-ledak mencurahkan kemarahannya.Oleh sebab itu, berwajah manis memberi manfaat yang luar biasa.
Murah hati tampaknya merupakan kewajiban siapa saja tidak hanya orang kaya, namun orang miskin pun mesti murah hati. Ungkapan seorang tokoh yang sudah lupa namanya, tidak ada orang yang terlalu miskin sehingga tidak mampu tersenyum bagi saudaranya. Ungkapan penyejuk ini dalam makna lain, senyum adalah ibadah. 
Jika tidak punya uang sepeserpun untuk diberikan, ucapan manis pun, wajah manis, atau bantuan tenaga sudah sangat membantu orang lain memenuhi kebutuhannya. Bertegur sapa dengan orang lain ketika berpapasan,lebih dahulu menyapa lebih baik daripada ditegur, tetapi daripada tidak menyapa tentulah ini lebih baik.
Oleh sebab itu, ini penting sekali dipahami, orang miskin namun berpikiran kaya/derma lebih baik daripada kaya namun berpikiran miskin/pelit. Sebab kebaikan akan berbalas kebaikan berlipat. Sehingga tidak ada orang berinfaq yang miskin. Harta yang diinfaqkan akan bertambah-tambah sepuluh hingga 72 kali lipat. Sebab Allah tidak mau berhutang pada makhluknya.

Senin, 28 November 2011

Bermuka Manis Terhitung Berinfak

Ternyata berinfak itu tidak hanya memberikan uang atau makanan saja. Bermuka manis terhadap teman-teman misalnya, ini saja kita lakukan sudah terhitung sebagai sedekah kepada orang lain. Mudahkan! Kenapa demikian mudah ya? Kemungkinan begini, menebarkan senyuman sama nilainya dengan menebar kasih sayang. Asalkan tulus dari hati senyuman pun terpancar indah. Bukan untuk tampak tebar pesona namun senyum tulus keramahan untuk menebar kasih sayang pada sesama. 
Jangan senang dulu, sebab berwajah manis atau senyuman indah tidak akan keluar jika tidak dibarengi dengan hati yang bahagia. Pesona luaran itu asalnya dari dalam yaitu hati. Pabila hatinya senang, maka tidaklah sulit tersenyum. Bagi orang yang murung, tidak bahagia, gemar berkeluh kesah, apalagi curigaan. Khusus mereka ini sangatlah sulit tersenyum dan lebih dahulu menyapa. Sebab dalam hatinya, lebih senang mendongkol dan curiga pada orang lain.
Bagaimana membuat hati jadi bahagia? Berkumpul dengan orang-orang yang bahagia. Kepada mereka kita bertukar pendapat, tidak membicarakan hal-hal yang sia-sia dan mereka cenderung akan mendukung ktia ke arah positif. Teman baik seperti ini sangat berharga sekali. Mereka adalah orang yang akan mengubah pikiran kita menjadi positif, damai, nyaman dan berpandangan luas.
Siapa sahabat yang dimaksud ini? Seluruh elemen yang memberi "asupan bergizi" kepada kita. Maksudnya, apa saja yang dapat menambah pengetahuan kita dan menambah keimanan kita. Seperti Tayangan televisi yang memotivasi dan memberi pengetahuan, Radio yang memberikan perkembangan mutakhir setiap harinya, koran yang menceritakan kiat-kiat sukses, buku-buku, teman-teman yang semuanya mengajak untuk berpikir luas dan positif. Selain itu, yang paling memberi pengaruh kepada kita adalah Alquran dan hadis. Sebab di dalamnya ada rahasia alam semesta diperuntukkan bagi kita dari Allah SWT.
Penting sekali membaca Alquran dan terjemahannya. Sebab melalui kitab Allah itulah akan menjelaskan apa rencana kita selanjutnya. Itu maka dikatakan penuh rahasia. Karena Kitab yang terdiri dari 6666 ayat tersebut punya pesan yang tidak diketahui orang lain hanya untuk kita sendiri. Akan berbeda apabila hari yang lain kita buka lagi ayat yang sama. Akan kita ketemukan jawaban-jawaban dari persoalan yang kita hadapi hari ini besok dan seterusnya. 
Tibalah kita pada akhir kata, tersenyum membawa banyak manfaat bagi diri kita dan orang lain. Senyum yang tulus adalah kebiasaan Rasulullah. Sahabat sendiri yang merupakan orang terdekatnya tidak pernah melihat Rasul bermuka masam. Ia selalu tersenyum. Pasti kita semua ingin melihat langsung indahnya perangai Rasul. Maka tersenyumlah walau keadaan hati tidak bahagia, tersenyumlah walau dalam keadaan apapun. Semoga kelak kita dapat menyaksikan langsung wajah Rasulullah yang mempesona dengan senyumnya yang indah.

Minggu, 09 Oktober 2011

Kebajikan Itu... bagi-bagi

Seorang berpribadi mengagumkan mengatakan, menentukan sahabat kita pasti melihat kimianya sama. Seperti si A bersahabat dengan si B karena si A dan Si B sama-sama suka berdiskusi dan menyapu halaman. Sementara si C tidak, ia gemar berkata-kata 'kebun binatang' dan si C suka minta rokok. Pertanyaannya, apakah satu kimia si A dan B dengan si C? 
Memilih teman memang penting. Teman dapat mempengaruhi cara berpikir kita. Misal saja kita hendak shalat Jumat, sementara kawan asyik cerita soal gitarnya yang ditanda tangani coky-netral, Band popular Indonesia. Begitu asyiknya cerita, sebentar lagilah belum azan, pas azan sebentar lagi masih kutbah, pas kutbah sebentar lagi belum iqomah. Akhirnya, malaslah minggu depan kan masih bisa. Kemudian asyik cerita terus sampai jam 14.00 WIB.
Inilah salah satu contoh memilih teman. Namun kalau kita memilih bersahabat dengan kawan yang senengnya shalat ke masjid, secara perlahan kita juga bisa ketularan. Misal pulang kuliah bertandang ke rumahnya, sebelum makan shalat dulu, mau makan duluan malu, akhirnya ikutan shalat. 
Dalam keseharian mesti kita tidak terlepas bicara panjang lebar dengan siapa saja. Pernahkah kita memikirkan pembicaraan itu terdapat banyak informasi dan pengalaman. Dari mana kita memperoleh informasi dan pengalaman hidup? Siapa atau apa yang mempengaruhi kita mengambil keputusan? Keputusan-keputusan kita dihasilkan cara berpikir kita. Siapa yang mempengaruhi cara berpikir kita? 
Jika kita bersahabat dengan orang-orang penggunjing dan suka sekali mencela orang lain. Mungkinkah kita juga ikut menjadi penggunjing dan pencela? Jawabnya mungkin. Jika kita bersahabat dengan orang yang kalau bicara mesti membuat orang tertawa, termotivasi dan terdorong untuk meneraktir mungkin tidak kita juga kebagian diteraktir? Jawabnya pasti. Pasti kita yang bayar semuanya.
Maksudnya sedikit banyak kita juga satu pemikiran dan dapat mengatakan bahagia itu awalnya tersenyum. Orang yang bahagialah yang dapat menularkan kebahagiaan kepada orang lain. Sebab orang memberi jika ia memiliki. Kalau tidak bahagia ya tidak bisa memberi kebahagiaan, kan tidak punya rasa bahagia.
Dalam surat Al-Asr: 2-3 "Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." 
Setiap nafas setiap degub jantung kita setiap langkah kaki kita jika sama sekali tidak bertujuan untuk Allah adalah sia-sia. Tuhan sudah mengabadikannya dalam Alquran. Sampai-sampai Tuhan bersumpah "Demi Waktu" bahwa waktu kita tidak berarti jika tidak memanfaatkannya untuk kepentingan Tuhan. Dia mengatakan kecuali jika kita beriman kepada 6 pokok keyakinan dalam Islam. Tetap merugi kecuali kita mau melakukan kebajikan-kebajikan. Merugi, kecuali kita mau saling menasehati yang baik-baik, yang benar-benar untuk selalu sabar menghadapi permainan kehidupan, lika-liku kehidupan. 
Pertanyaannya, apa saja yang termasuk dalam kebajikan? Kebajikan, kebaikan hati, saling tolong menolong, gemar membantu meringankan orang lain. Banyak sekali yang dapat kita lakukan. Saya seorang miskin bagaimana saya bisa berinfaq membantu orang miskin yang lebih kekurangan? Gampang senyum aja.
Saya seorang karyawan rendah di Bank bagaimana saya bisa membantu orang lain? Bisa, senyum dan sapa kepada nasabah dan berikan informasi yang membantu urusannya itu terhitung ibadah.
Sementara ada orang yang gak peduli terhadap kesalahan orang lain walau dia tahu hal itu salah. Bagaimana kita menasehati sementara orang lain mencela saat kita nasehati? Berubah dimulai dari diri sendiri. Ketika orang mencela perkataan anda, maka rubahlah diri anda dahulu. Nasehat utama tidak dengan perkataan namun dengan perbuatan. Perbuatan sangat mudah mempengaruhi orang lain, jadi nasehat juga bisa dilakukan dengan perbuatan.
 

Sabtu, 24 September 2011

Mengapa Harus Rendah Hati?

Ada pepatah kuno, "Orang-orang dengan moralitas yang besar (kebajikan) dapat membawa misi yang besar dan tanggung jawab."Nampaknya moral manusia berpijak kepada kebaikan hatinya. Kebaikan hati tidak pernah tercapai jika tiada kerendah hati yang menjadi landasannya. 
Kerendahan hati sangat besar manfaat dan dampaknya. Orang-orang yang membawa misi besar hanya orang-orang yang berjiwa besar terutama memiliki sifat rendahan hati. Dengan landasan rendah hati manusia mampu membangun kepercayaan orang lain membawa tanggungjawab besar. Sebab kerendahan hati mampu menahan diri dari pujian berlebihan yang menjatuhkan niat tulus sejak awal. Karena ketika manusia senang dipuji, mereka akan menanam benih sombong yang tak lain menyerupai firaun kecil. 
Ketika sombong muncul walau hanya sehelai rambut, tidak akan bermanfaat segunung ciptaan. Jika semakin banyak orang berbondong-bondong mengejar popularitas, maka apakah yang menjadi acuannya? Apakah bangga menjadi orang yang lebih baik daripada orang lain. Tentu hal itu hanya sementara semata. 
Mewarisi kerendahan hati sang Rasul, sebenarnya kita telah membangun sebagian keindahan dunia. Kerendahan hati membawa ketenangan dan kenyamanan bagi siapa saja. Oleh sebab itu, rendah hati harus kita miliki sebagai fundasi manusia yang beradab.

Rabu, 31 Agustus 2011

Selamat Idul Fitri 1432 H

Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin. Ungkapan ini popular kembali setelah sebulan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa berdasarkan ketentuan-ketentuan berlaku. Hampir disetiap tempat terpampang tulisan tersebut. Bahkan pesan singkat SMS puluhan berdatangan menambah jumlah kotak masuk di HP. 
Hari kemenangan ini memang memoles suka cita bagi umat Islam di seluruh dunia. Kumandang takbir pun sahut menyahut mengagungkan Asma Allah. Suasana ini sangat tepat berbagi pada sesama maupun saling bermaaf-maafan. 
Sayang sekali suasana bahagia ini berlalu ketika hari berganti dan meninggalkan bulan kemenangan. Kita kembali lagi kepada amarah, tidak saling menyapa, cela-mencela dan sebagainya. Hal ini hendaknya kita sikapi dengan kedewasaan. Bermaaf-maafan bukanlah hanya disaat merayakan kemenangan 1 Syawal. Namun teruslah berlanjut kasih sayang kepada semua orang. Silatrurahim dan mengisi waktu senggang dengan membangun cara berpikir positif.

Minggu, 07 Agustus 2011

Tertarik Tema Golden Ways Mario Teguh "Ikan Yang Tenggelam"

"Ikan yang Tenggelam" sama halnya dengan ikan malas berenang yang lebih suka mengikut arus. Sementara ikan yang tegar berenang terus menentang arus, itulah ikan yang sehat. Kira-kira begitulah sang motivator ini memberi statment pada pemirsa. 
Senada dengan ungkapan permulaan, orang berpendapat, mencari yang haram aja susah apalagi mencari yang halal. Itu paradigma orang kebanyakan. Di balik oleh Mario, Kalau tidak jujur saja bisa kaya apalagi jujur. Dan Kalau orang yang tidak baik saja bisa berkuasa, apalagi orang yang baik, tentu lebih berkuasa.
Sungguh motivasi yang tepat untuk nahkoda yang goyah diterjang badai. Disaat orang berhaluan materi-pangkat, jabatan,kekuasaan,uang,polularitas dan ketenaran-motivator ini seolah menjernihkan air yang keruh. 
Seorang nona berjilbab bertanya, Bagaimana jika suara kita tidak didengar di tengah ricuhnya forum? Ia mengatakan, anak muda yang berpendapat benar namun tidak didengar, beruntung sekali sebab bisa menyimpan energi. Anda hanya perlu satu kali berkata benar ketika orang salah. Seperti berujar; "Sebentar.. saya kira bla bla bla..." maka orang akan mendengar anda.
Selain itu, pemuda cerdas bertanya, Berapa kali kita mesti gagal untuk kemudian berhasil? Mario menjawab gagal sama dengan minus 1 (-1), jika gagal itu 47 kali, maka 48 adalah (+1) plus satu yang menabalkannya menjadi sukses. Artinya, sukses hanya perlu satu kali, tidak peduli berapa kali anda terjatuh, orang akan memandang kebangkitan anda. Dikatakannya, orang yang hebat itu adalah orang yang ketika jatuh, mampu bangkit lagi, jatuh lagi, bangkit lagi dengan semangat luar biasa.

Hidup Itu Abadi, Yang Mati Hanyalah Jasmani

Tayangan Live Show-nya Mario Teguh dalam suatu episode pernah mengungkapkan seperti ini; HIDUP ITU ABADI, KARENA YANG MATI ADALAH JASMANI SAJA, JIWA ATAU ROHANI KITA TETAP HIDUP SELAMANYA. MAKA BUNUH DIRI ITU DILARANG. SEBAB YANG MATI HANYALAH TUBUH SAJA, SEMENTARA ROHANI TERUS HIDUP DAN MERASAKAN BEBAN YANG DIBAWA SELAMANYA.
Begitulah kira-kira ungkapan 'super sekali'-nya Mario Teguh yang temanya "IKAN YANG TENGGELAM." Larangan bunuh diri memang umum sekali kita temui, namun kelugasan Mario Teguh menyatakannya membuat kita AWAS untuk melakukan tindakan-tindakan semberono yang membuahkan ketersia-siaan. Sungguh hidup setelah mati yang perlu kita takuti jika amal perbuatan kita belumlah cukup bekal kelak, daripada perpisahan dengan jasmani yang memang sementara itu. 
Bagaimana tidak, beban perasaan yang kita bawa ketika mengakhiri hidup, itulah yang akan terus dipikul sampai kapanpun. Selintas terbayang pula karilatur yang mengilustrasikan seseorang mendaki tebing curam sambil menggendong batu-batu padas yang besar menaiki terjalnya tebing itu. Wajahnya bercucuran peluh, memerah mengeluarkan urat-urat yang mengerikan. Saking tak kuatnya menahan beban yang begitu berat sebagai ilustrasi bebannya ketika masa hidupnya. 
Patut pula kita pertanyakan perilaku sebagian orang yang memilih memperkaya diri dengan jalan-jalan tak lazim seperti, korupsi, berjudi, persugihan, pelaris dan usaha curang memperkaya diri lainnya. Bila kekayaan yang berlimpah dicari hanya untuk di dunia ini, maka apakah ia tidak memikirkan hidup tubuh ini sementara? Apakah tidak memikirkan beban hidup yang akan dibalas Allah dikehidupan akhirat?
Bila sudah kaya apa yang mau diraih? Orang yang tidak percaya Tuhan, ia akan menemui kehampaan dalam hidupnya. Seperti Milyuner Barat dan sebagainya. Kendati sebagian orang menyumbangkannya kepada lembaga-lembaga yang membutuhkan. 
Hidup ini sementara, benar, namun Jasmani yang hidup sementara. Jiwa kita akan terus hidup selama yang Allah kehendaki. Oleh sebab itu, hidup bermanfaat bagi orang lain adalah pilihan tepat pribadi yang ingin melepaskan beban dunia dan hidup abadi.

Bulan Suci Nan Penuh Berkah

Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat, karunia dan ampunan. Bulan ini bak penghulu bulan-bulan lainnya. Hari-harinya terbaik daripada hari lainnya. Setiap nafas tercatat ibadah, tidur pun terhitung ibadah. Apalagi memang ibadah-ibadah yang disunah-kan itu dikerjakan, berlimpahlah fadilah kebaikannya. 
Allah menyambut tamu kepada orang-orang yang mengerjakan amalan soleh dibulan Ramadhan ini. Belum lagi beberapa peristiwa penting jatuh pada bulan suci Ramadhan seperti; Nuzulul Qur'an dan malam Lailatul Qadar (Malam seribu bulan). Hanya salik-Nya yang mengerjakan amal kebajikan yang layak mendapat kemuliaan ini.
Allah SWT meninggikan bulan ini dari bulan-bulan lainnya. Umat yang memelihara amalan-amalan yang diperintahkan Allah mendapat sambutan pula sebagai tamu Allah pada bulan suci ini. Kehadirannya selalu dinantikan. Oleh sebab itu, dalam bulan suci ini mari kita ciptakan suasana beribadah yang nyaman bagi diri dan orang lain.Dalam sebuah firman Allah mengatakan, siapa yang menyambut gembira datangnya Ramadhan, maka Allah mengharapkan api neraka baginya.
Memeriahkan bulan suci bukan berarti menyalakan petasan, meriam bambu, maupun berjalan-jalan mengarak-arak umbul-umbul keliling kampung. Hal ini hanyalah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat suatu daerah tertentu. 
Memeriahkan tentunya dengan aplikasi yang lebih riil, lebih bermanfaat dan yang terutama sesuai dengan akidah akhlak yang diteladankan oleh Rasulullah sendiri. Misalnya pelaksanaan shalat Tarawih dan Tadarus yang justru meramaikan aktifitas di Masjid atau Surau. 
Meramaikan forum-forum tausyiah dan diskusi Islam. Hal ini lebih bermanfaat daripada hanya sekedar peringatan seremonial yang kental dengan perangkat budaya daerah tertentu. Seperti suatu hadis yang menyebutkan. Kira-kira begini, berbuat kebajikan itu bukan menghadapkan wajah ke timur ke barat. Bukan pula pergi ke tempat yang tinggi nan sunyi. Tetapi, berbuat kebajikan itu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 
Saatnya kita perbaiki cara pandang kebajikan dan memulai awal sekali. Perbaiki niat, perbaiki diri dan mulai perubahan. Bulan suci nan penuh berkah menanti kita keluar sebagai pemenang.

Minggu, 24 Juli 2011

Bahagia, Satu Pilihan Sejuta Manfaat

Diskusi sambil tersenyum, tertawa, melihat kawan kanan kiri, bahkan mendengarkan beragam pendapat rekan tidak nyaman jika perdebatan, kritik, mencari kesalahan, saling menjatuhkan masih berkeliaran di forum tersebut. 
Ada istilah forum diskusi sebutannya Master Mind. Lebih kepada metode yang menghilangkan perilaku 'nakal' di atas agar tujuan diskusi terekspor seluas-luasnya dan semua orang nyaman di dalamnya.
Selain itu, peserta diskusi harap tidak diam dalam menyampaikan uneg-unegnya. Di samping tidak dibenarkan menyela pembicaraan, peserta juga tidak boleh menyalahkan pendapat orang lain. Sebaiknya menambahkan pernyataannya untuk mendukung pendapat-pendapat yang telah ada. 
Perbedaan? Wajar saja, itulah yang memberi warna pada forum. Beda pendapat boleh saja asal sikap sportif dan mengutamakan hak orang lain tetap dijunjung tinggi. Sama halnya menceritakan bentuk sebuah meja. Masing-masing orang akan mendeskripsikannya berdasarkan apa yang dilihat. Tergantung dari sisi mana ia memandang. 
Nyamankan berada di tengah forum non-kritik ini. Kenapa tak kita adopsi dalam setiap rapat dimanapun? Kalau tidak berdebat tidak asyik, bisa berbeda ceritanya. Jika unsur "merasa lebih baik" yang ingin ditonjolkan, tentu tidak akan ada penyelesaian. Namun, apabila solusi yang dicari, kenapa menghormati orang lain tidak menjadi budaya dalam rapat? 
Bukankah serius sambil sesekali tertawa menyambut ide brilian lebih baik daripada menguras tenaga memperdebatkan ayam atau telur dahulu yang diciptakan.

Jumat, 15 Juli 2011

Tasauf Pilar Pengecap Kebahagiaan Agama

Tahukah kita pilar mana yang menyandarkan agama sebagai pedoman menuju kebahagiaan? Pilar Islam terdapat tiga hal. Pilar Iman atau disebut juga Habblum minannas atau akhlakul karimah. Pilar Islam atau syariat atau fiqih dan pilar Ihsan atau Habbluminallah.
Pilar yang ketiga, padanya inilah hakikat agama sebagai salah satu pokok agama yang merupakan fundamental Islam. Tasauf sebagai metode pengenalan terhadap hubungan kepada Allah. Tasauf yang merupakan bagian Islam ini seperti indera yang mengecap atau dengan kata lain merasakan indahnya agama. 
Kebahagiaan jasmani dan ruhani adalah tujuan umat memeluk agama. Islam dalam hal ini khususnya Tasauf Islam,  pada dasarnya menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki diperoleh bila kita senantiasa dekat dan mendekatkan diri kepada Maha Pemilik dan Maha Sumber segala Kebahagiaan yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Tiada pilar lain yang dapat mengecapnya, kecuali pilar ihsan yang secara khusus meletakkan metode bertasauf (habbluminallah) sebagai upaya pendekatan kepada pemilik Jagad Raya ini Allah Swt. Caranya dengan mengikuti, menaati dan menerapkan sebaik-baiknya tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari, karena agama banyak memberi petunjuk mengenai asas-asas dan cara-cara meraih keselamatan dan kebahagian di dunia dan di ahirat.  Dan agama pun mengajarkan bahwa manusia mampu meraih kebahagiaan, asalkan ia berusaha mengubah keadaan diri mereka menjadi lebih baik. 
Dalam pandangan agama Islam, manusia benar-benar mampu mengubah nasibnya sendiri ("Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri " (Q.S. al-Ra'ad/13: 11) . Artinya manusia mampu merubah dirinya sendiri. Tentu upaya dan doa tak elak menjadi syaratnya. Suatu pernyataan pernah mengungkapkan hal ini, Merubah hidupmu, rubahlah cara berfikirmu. 
Fikiran secara sistematis dan terkoordinasi membentuk gerakan yang merupakan respon dari stimulus yang berasal dari otak. Maka merubah fikiran adalah cara yang tepat untuk merubah pola hidup menjadi bahagia. Namun, perlu kita ketahui, kebahagiaan kita merupakan cerminan dari hati. Oleh sebab itu, hati kita harus bersih dari pikiran-pikiran negatif. Hindarkan dari sifat-sifat buruk seperti dendam, marah, dorongan mencaci maki dan sebagainya.
Hati yang tenang akan terbit kebahagiaan. Mari kita sepakati dahulu, Kebahagiaan bukan semata materi dan kesenangan semu. Tetapi kebahagiaan yang terbit dari rasa tenteram, nyaman, damai, dan merasa kedekatan dengan Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Cara mendapatkan kesenangan, mulailah ibadah dengan niat bersungguh-sungguh. Kemudian ciptakan rasa cinta kepada sesama. Dengan menciptakan cinta, berarti kita telah berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan bagi diri sendiri, lingkungan dan dan orang lain. 
Hindari pikiran negatif dan sebaliknya tumbuhkan energi-energi positif yang dapat membentuk pribadi menarik.

Kamis, 14 Juli 2011

Satukan Hati Bersama Komunitas Tangan di Atas

Suka memberi suka berbagi adalah salah satu ciri-ciri komunitas ini. Lebih kepada renungan tentang siapa makhluk yang bernama manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dari sanalah pemikiran pentingnya mencintai dan membantu sesama.
Komunitas yang mendahulukan kepentingan umum dan tidak berpangku tangan apalagi melanggar aturan ini senantiasa terpanggil berperan aktif dalam kegiatan sosial. Terhindar dari sifat mencari kesalahan orang lain, selalu menuntut hak, bahkan sifat anarkis melawan hukum.
Kumpulan yang senang menggelar forum diskusi dan sharing ini suka melihat senyum tawa  bahagia di bibir saudaranya. Mereka terhindar dari memiliki barang orang lain. 
Suatu ketika parit yang menggenang tertutup sampah-sampah pelastik di sepanjang jalan. Komunitas ini langsung membentuk panitia untuk mengumpulkan orang-orang yang secara suka rela turut berpartisipasi. Besoknya sekitar dua ratus orang telah turun membersihkan sampah di selokan tersebut.
Pertanyaannya, Apakah komunitas ini tidak dijanjikan Allah kemenangan? Apakah Allah menempatkan kedudukan mereka sama dengan golongan perusak? Tentu Allah telah menjamin kehidupan dunianya. Maukah kita Berada di tengah-tengah komunitas tersebut? Kalau begitu kita bisa menciptakan komunitas tangan di atas di lingkungan kita. Harapannya agar Allah menurunkan rahmatnya kepada kita.

Minggu, 10 Juli 2011

Yuk Bunuh Diri, Tapi Bunuhlah Sifat Buruk Dalam Diri

Tren bunuh diri yang marak mari kita jadikan contoh. Tapi maksudnya bukan contoh yang buruk. Seperti mengikuti langkah-langkah sesat itu. Tren ini dapat kita ambil positifnya yaitu membunuh sifat buruk dalam diri. Jika pelaku bunuh diri menganggap ini solusi, sebaliknya kita mengambil solusi dengan menjauhi perilaku tidak lazim ini. 
Ketika perasaan tidak nyaman, dibebani masalah yang sebenarnya juga bukan masalah tersebut yang menjadikannya besar. Hanya perasaan tidak dapat menerima kenyataan yang mempengaruhnya hingga munculah masalah lainnya, seperti kesehatan, tindakan menyimpang, dan sebagainya. Sebenarnya Azab Tuhan telah diturunkan kepada seseorang.
Solusi tepat mengatasinya dengan mengembalikan permasalahan tersebut kepada-Nya. Sebab dari sanalah semua berawal dan berakhir. Bagaimana mengembalikannya, salah satu dengan berinfak. Tidak mesti uang, tenaga dan pikiran juga termasuk infak. Awam, orang mencari penyelesaian masalah dengan meminum minuman keras untuk menghilangkan pikiran keruh di klub malam. Sementara orang 'kecil' pelariannya ke warung-warung remang-remang. 
Padahal Tuhan mememberi solusi tepat dari perilaku buruk manusia. Allah melimpahkan azab berupa ketidak nyamanan dan kesulitan ekonomi agar kita kembali menginstrospeksi diri. Meninggalkan perilaku zalim, keji dan mungkar. Mengobati penyakit hati yang dilandasi perbuatan maksiat. Maksiat dari perilaku bergosip, bergunjing, prasangka dan fitnah. Mencari-cari kesalahan orang lain, marah, tidak bersyukur, memotong antrian dan sebagainya. 
Ini kita anggap dosa kecil yang tidak akan terhitung padahal inilah yang menghambat rahmat Tuhan dikucurkan. Malas sifat orang tidak bersyukur. Riya sifat orang munafik, tidak amanah dan banyak lagi adalah penyakit hati yang menyumbat masuknya kebaikan. 
Perilaku inilah yang harus kita hentikan. Sifat buruk inilah yang harus dibunuh. Bukan dengan mengakhiri hidup, tetapi membunuh dengan akhlakul karimah. Habisi sifat buruk dengan zikir. Sebab zikir adalah obat hati. Bunuhlah sifat gunjing, marah, mencela, mengkritik, perdebatan, bahkan perkelahian. Kemudian tumbuhkan dengan sifat memaafkan, rendah hati yang menjadi senjata orang mukmin, berinfak, zikir dan banyak sifat positif yang dimiliki diri lainnya.

Tren Bunuh Diri Bukan Solusi

Miris sekali melihat fenomena hidup. Seorang pria lajang nekat mengakhiri hidupnya sendiri dengan menggantungkan lehernya pada seutas tali yang menyangkut di pohon besar. Ironisnya perbuatan tak wajar ini dilakukan di tengah ramainya lalu lintas berlalu lalang. Tak dapat mencegah, masyarakat hanya menyaksikan penurunan jenajahnya. 
Peristiwa ini hanya satu dari ribuan peristiwa bunuh diri lainnya. Tersebar cerita miris lainnya seputar peristiwa sama di dunia. Dimana seorang artis papan atas pun tak elak dari kematian yang tak lazim ini. Hingga sampai ke telinga, seorang ibu mengakhiri hidupnya karena persoalan ekonomi yang melilit kehidupannya. Belum lagi persoalan kasmaran menyeret insan manusia menuju tiang gantungan diri sendiri.
Bukan hanya gantung diri cara satu-satunya, mengkonsumsi obat-obatan dosis tinggi, memotong nadi, menembak kepala sendiri, berjalan di antara rel kereta saat kereta sedang melaju. Menembus tubuh dengan senjata tajam dan lain sebagainya. 
Perlu kita perhatikan modus di balik peristiwa bunuh diri ini. Menurut Menko Kesra Agung Laksono prihatin atas tindakan bunuh diri yang marak di Jakarta. Menurutnya bunuh diri yang banyak terjadi akhir-akhir ini bukan semata karena tekanan ekonomi, tetapi karena depresi.
Dia menjelaskan, upaya-upaya pencegahan perlu dilakukan karena para ahli menyatakan, sebanyak 80-90 persen kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah.  Hanya 20 persen yang tidak dapat dicegah karena ada gangguan kejiwaan akut dan kuatnya keinginan bunuh diri.  
Persoalan kecil bagi kita seperti putus cinta, mungkin besar bagi orang yang menghadapinya. Namun, dukungan dari kawan-kawan dan orang dekat memberi kekuatan bagi pelaku. Hal ini sulit  dicegah manakala pelaku cenderung berkeinginan kuat menghabisi dirinya.
Jika di atas Agung Laksono mengatakan tindakan bunuh diri ini tidak didominasi tekanan ekonomi, maka depresi sebab tidak dapat menerima kenyataan hidup adalah alasan tepat mengapa orang memilih jalan ini. Sayang sungguh sayang, namun semua telah terjadi. Api yang disulut tidak dapat dipadamkan, nasi telah menjadi bubur, tidak dapat kembali seperti sediakala. Hanya tersisa kisah yang tinggal di benak menjadi pelajaran tidak perlu diulangi lagi bagi masyarakat.
Tidak seorangpun dapat menolong kita, maka berimanlah, maafkanlah-maafkan diri sendiri-, berinfak, shalat akan memberi ketenangan, berzikir, mulai sekarang cintailah orang lain, berhentilah marah, berakhlaklah. Dengan begitu, tidak melakukan apapun Tuhan akan membukakan pintu-pintu kebaikan bagi kita. Allah lah tempat berlindung, Allah lah tempat berkeluh kesah, Allah lah tempat kembali.

Jumat, 08 Juli 2011

Ajarkan Cara Mengenal Diri

Dia Bertanya siapa dirimu? Apa yang Engkau jawab? Engkau menjawab si Fulan. Hai Fulan mana yang sebenarnya dirimu? Tangan ini dirimu? Rambut ini dirimu? Hidung ini dirimu? Bibir ini dirimu? Senyum ini dirimu? Pundak ini dirimu? Kaki ini dirimu? Tubuh ini dirimu? Apa sebenarnya dirimu? Dimana sebenarnya dirimu?
Hai Fulan Dia katakan padamu dimana dirimu berada? Sedangkan engkau hidup, bernafas, makan dan buang hajat. Tak tahukah engkau dimana dirimu? Hai fulan Dia katakan faedah mengenal diri, agar menyadari hakikat diri dan hakikat hidup di bumi.
Ketika kelak kita kembali di sisi-Nya bagaimana mempertanggungjawabkan titipan Ilahi. Sedang diri terambing dalam ketidaktahuan, bagaimana mengenali jalan kembali. Hai Fulan ada yang lebih mengerikan dari kematian. Setelah kematian, tiada syafaat, tiada petunjuk dan tak tahu jalan kembali. Kelak hari berkumpul, di sanalah ruh terombang ambing mencari rombongan orang-orang soleh. Ketika di dunia menuruti hawa nafsu, maka berkumpul pula ia dengan rombongan orang-orang merugi.
Dia menyampaikan prihal penting kepada si Fulan. Ilahi memberi agama untuk kebahagiaan umat bukan beban, bukan derita seperti disampaikan masyarakat modern yang lupa darimana asalnya. Hai Fulan dia mengatakan, akankah engkau menuruti kelalaian terus-menerus hingga engkau bangun dan tersadar hari tua telah merangkulmu. Engkau tak dapat kembali ke masa belia, engkau hanya akan menyesali, wahai sekiranya dulu aku mengambil jalan bersama Rasulullah. 
Hai Fulan dia mengatakan bukan sebagai kakak dari adik-adiknya, bukan sebagai orang tua kepada anak-anaknya, bukan pula sebagai kekasihmu. Dia mengatakan kesungguhan yang harus engkau terima. Hai Fulan hidup hanyalah sejenak berteduh di bawah rindang pohon. Akankah engkau gunakan mencari kepuasan yang tiada batas. Hai Fulan kelak engkau akan tahu jika engkau mengambil langkah bersama Rasul.
Hai Fulan tubuh ini tidaklah kekal adanya, ia akan larut bersama pijakanmu. Oleh sebab engkau ingin mengenal diri, berilah alasan mengapa engkau masih memeluknya. Jika tak sedikit pun hendak berubah engkau ambilah langkah bersama orang-orang merugi. Hai fulan dia mengajak engkau, Mari ku ajarkan cara mengenal diri.

Rabu, 06 Juli 2011

Senjata yang paling sakti adalah kebaikan hati

Di dunia bisnis, pelayanan selalu menjadi nilai jual utama. Bukan kualitas, bukan kuantitas bukan bagusnya polesan atau kemasan. Tetapi pelayanan yang terbit dari kebaikan hati itulah senjata yang paling ampuh memenangkan pertandingan di dunia bisnis. 
Semakin baik hati seseorang, semakin banyak sahabatnya, semakin mudah mendapat rezeki, semakin mudah mencari pasangan hidup, semakin mudah pergi kemanapun. Demikianlah manfaat kebaikan hati. 
Kepada siapa kita harus berbaik hati? Kepada siapapun, kepada diri sendiri, kepada orang tua, kepada atasan, kepada bawahan, kepada sahabat, kepada tukang becak, bahkan kepada musuh sekalipun.
Oleh sebab itu, mari kita tumbuhkan kebaikan hati dan bersilaturrahmi kepada siapa saja. Sehingga kita mudah mendapatkan banyak sekali sahabat.

Kacamata Bersyukur

Menikmati matahari pagi, udara segar, kesejukan, indahnya pemandangan mentari yang bergegas menunaikan tugasnya hari ini, kicau burung-burung kecil gembira menyambut pagi. Tiada tara nikmat yang diberikan Sang Pencipta. Tak satupun nikmat yang dapat kita ciptakan sendiri. Bahkan memberi kehidupan pada sebatang rumput pun kita tidak mampu. Manusia dengan segala keterbatasan mengapa tak menundukkan diri pada Sang Maha Kuasa. Tuhan segala jagat raya. Tuhan yang memberi nikmat, bahkan berlimpah-limpah. 

Dari mana arah kita datang dan kemana akan kembali, kehidupan bergulir dengan cepat, kehidupan mempengaruhi karakter kita. Jika tak mampu membedakan mana kebutuhan dunia mana kebutuhan akhirat-bekal untuk kembali-kita akan terseret pada kesibukan dunia. Kita lupa untuk mempersiapkan hari yang kekal kelak. Kita lupa bersyukur pada nikmat udara yang tidak sedikit kita hirup, namun rupanya yang sedikit ini terlupa, sehingga kita lupa berterima kasih. 
Lebih disesalkan tak jarang orang lupa siapa yang mencipta semua ini. Hingga suatu ketika kita hanya melihat penguasalah yang mencipta semua ini, hingga kita tunduk hanya kepada penguasa. 
Bekerja, prihal yang utama dalam memenuhi kebutuhan hidup dimasa sulit seperti sekarang ini. Malangnya, kehidupan religi kita sampingkan dan menunda pelaksanaannya. Rasanya seperti lupa kita ini milik siapa. Bekerja seolah-olah ingin hidup selamanya, Berdoa seolah-olah ingin mati besok. Pernyataan yang terbit dari hadis Rasul ini memberi keseimbangan untuk berpikir bahwa hidup dilatar belakangi oleh dua hal yang berbeda. Dunia dan Akhirat. Keduanya penting bahkan sangat penting, walau berbeda namun keduanya selalu berdampingan. 
Pada kenyataannya hidup lebih memilih dunia seperti rumah abadi, tempat tinggal selamanya, seperti tak ingin pulang ke kampung halaman. Berlomba-lomba meninggikan semuanya. Mulai dari meninggikan rumah, bangunan, meninggikan pagar rumah dari tetangga lain, meninggikan ilmu dunia tanpa dibarengi minat meninggikan ilmu agama, meninggikan diri, meninggikan hati dan yang paling memperihatinkan meninggikan rok mini. 
Sebelum kita beranjak dari pagi yang indah ini, marilah kita introspeksi diri. Apa jadinya, jika Tuhan berniat menghentikan pasokan udara (Oksigen) barang lima menit saja. Apakah yang akan terjadi? Sungguh kita akan menyesal sekali betapa tidak aku menjadi orang yang mensyukuri nikmat udara. Betapa aku ini tidak berterima kasih kepada Tuhan. 
Bagaimana berterima kasih kepada-Nya? Kita dapat saling memberi, saling peduli, saling berbagi demi kesejahteraan umat. Kita perlu mengaplikasikan rasa berterima kasih dengan bersedekah, kemudian menjaga kelestariannya dan sebagainya.
Bersyukur dapat kita jadikan acuan apakah telah benar-benar mencintai agama ini, mencintai sesama, bahkan mencintai diri sendiri. Pribadi yang bersyukur tentulah ia pribadi yang membangun diri sendiri dan orang lain. Pribadi yang bersyukur adalah pribadi yang beruntung.

Berubah Butuh Pengorbanan

Perubahan dari yang tidak baik menuju yang baik adalah perubahan yang perlu dilakukan. Setiap saat harus lebih baik.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Begitulah,  perubahan itu penting dalam sendi-sendi kehidupan. Merubah kehidupan menjadi lebih baik itu termasuk memenuhi fitrah manusia. Sebab, manusia diciptakan untuk membesarkan agamanya. Lebih tepat kita sebut beribadah. Jika pemahaman ini lebih dipersempit, manusia hidup untuk bersyukur.
Semua yang kita lakukan atas dasar bersyukur. Walaupun dengan alasan berbeda, namun muaranya tetap pada rasa bersyukur. Hendak shalat misalnya, sahaja aku shalat agar aku bersyukur. Bagaimana kalau dirubah, aku bersyukur maka aku shalat. Cara berpikir seperti ini akan terasa berbeda, pelaku sama-sama shalat, tetapi bisa jadi hasilnya akan berbeda.
Bersyukur dulu baru bahagia. Orang yang bahagia senang melakukan apasaja, sementara orang yang tidak bahagia terbebani melakukan apasaja. Oleh sebab itu, bersyukur itu wajib bahagia. Kalau tidak bahagia, maka segeralah bahagia, sehingga kita tidak menderita.
Perubahan dimulai dari niat. Mengi’tikadkan dalam hatinya, aku harus berubah. Kemudian diperlukan aksi. Perbuatan nyata hingga tercapailah apa yang ingin dituju. Berubah dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang kufur menjadi bersyukur. Tidak mudah tetapi bisa.
Benar sekali perubahan itu butuh pengorbanan, mesti ada yang dikorbankan. Apakah perasaan, materi, tenaga bahkan tak jarang menyita pikiran. Mesti ada tantangan untuk setiap langkah positif. Ada yang akan menghalang-halangi apapun itu.
Kita berbicara perubahan dari yang tidak baik menjadi baik dalam segala aspek. Kita sedang meniti jalan panjang agar dapat menjadi makhluk yang bernilai-nilai kemanusian. Semua itu harus dicapai. Bagaimanakah makhluk bernama manusia ini bisa mematuhi aturan-aturan sebagai manusia yang menjadikannya manusiawi di sisi Tuhannya.
Kesanalah arah perubahan itu datang dan bertujuan akhir. Sebab kita datang dan kembali ke sisi-Nya kelak, perubahan-perubahan ini sebagai bekal titipan amanah yang dititipkan untuk beberapa waktu kepad kita. Kelak kita kembalikan titipan ini menjadi rahmatan lil alamin. Perubahanlah yang membuat kita menjadi lebih baik.

Selasa, 05 Juli 2011

Koordinasi Berbasis Kerendahan Hati


Kerendahan hati mesti diutamakan dalam setiap aspek kehidupan. Dunia pekerjaan misalnya, yang tidak terlepas dari hubungan manusia dengan manusia. Koordinasi satu unit dengan unit lain demi kelancaran tujuan perusahaan. Tentu harus dibarengi dengan kebaikan. Baiknya hubungan bersumber dari kerendahan hati masing-masing person di dalamnya.
Perusahaan yang besar mempunyai peradaban unggul yang dimulai jauh sebelum perusahaan berdiri kokoh dalam dunia usaha. Nilai-nilai perusahaan yang dianut, demikian pula dimiliki oleh setiap karyawan yang berada di bawah naungannya. Jika tidak perusahaan tak stabil menjalankan kehidupan berproduktifitasnya. 
Oleh sebab itu, diperlukan hubungan baik antara karyawan satu dengan yang lainnya, Pemimpin dengan bawahan. Bahkan satu unit dengan unit lainnya. Dituntut kedewasaan berpikir dan bersikap dalam menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki. Perusahaan itu ibarat satu badan. Jika sakit satu organ tubuh atau satu unit perusahaan, maka akan berpengaruh yang lainnya.
Andaikan sebuah mobil mengalami kerusakan pada remnya, tentu akan membahayakan pengendara. Begitu juga bila baut pada pelak mobil tidak lengkap, sangat dikhawatirkan bahaya sewaktu-waktu akan mengintai dan sebagainya.
Adalagi, ibarat iring-iringan parade konvoi kenderaan bemo dengan berbagai jenis mobil kelas internasional. Kecepatan konvoi akan ditentukan oleh yang paling lambat jalannya. Begitu juga laju mobilitas perusahaan akan ditentukan oleh unit yang berkembang paling lambat. Sekalipun di dalamnya terdapat unit yang sangat berkompeten mengembangkan sumber daya manusianya. Tetap saja laju sangat dipengaruhi percepatan kinerja semua pihak.
Di samping itu, nama baik perusahaan adalah taruhan terbesar dalam dunia bisnis. Satu kali keburukan menurunkan pamor perusahaan. Walaupun seorang karyawan berkelakuan menyalahi aturan perusahaan. Namun nama baik perusahaan yang menjadi sasaran konsentrasi masyarakat.
Orang tidak akan melihat si A yang bersalah, tetapi orang akan mengatakan perusahaan A yang menyeleweng. Maka perlunya menjunjung tinggi etik perusahaan dan menanamkan kerendahan hati dalam setiap aspek berkaitan kerja maupun di luar yang mengatasnamakan perusahaan.
Kerendahan hati bagai magnet yang menarik lawan bicara seakan terhipnotis untuk memenuhi keinginan-keinginan kita. Ada sebuah statement mengatakan, jika ingin dilayani, maka jadilah pelayan terlebih dahulu. Senada dengan, terampil berbahasa akan dikenal sebagai cendekia, terampil bertata perilaku akan dikenal hingga ke hulu. Maksudnya tutur bahasa mesti sejalan dengan prilaku guna mendapat apresiasi dari orang lain.  
Semua perilaku berawal dari kerendahan hati seseorang, tidak merasa lebih baik, sebab ia sadar dirinya makhluk social yang hidup berdampingan dengan orang lain.

Senin, 04 Juli 2011

Geliat Tuan Pembantu Berumis Semakin Menjadi

Semenjak kesejahteraan bukan jaminan bagi kaum miskin, semenjak itu pula mereka sadar negeri ini bukan tempat berpijak yang aman dari kelaparan. Tidak ada sandaran empuk menggantungkan nasib yang tinggal seutas saja. Dari pedalaman, berbondong-bondong mereka datang dengan harapan besar meraup devisa dan membangun istana di kampung halaman. 
Resiko tentu bagai dinding-dinding terjal yang harus didaki setapak demi setapak, namun sepertinya jalan ini  dipercaya lebih baik mengubah nasib yang terkatung-katung daripada bertahan dengan koar-koar Petinggi negeri ini yang sudah lupa janjinya. 
Kini sampailah cerita di negeri bermandi minyak itu, harapan yang begitu besar kandas ketika tak setetes keringat dihargai selembar dinar. Malah lembam mendarat disekucur tubuh. Impian yang sama sekali tidak pernah dibayangkan bahkan dalam mimpi siang bolong. 
Tuan berkumis tega benar menyiramkan air panas ke sekucur tubuh lemas tak cukup makan. Tuan, mampukah melakukannya pada anakmu yang semata wayang? Atau mampukah merasakan pada diri sendiri? Ajaib benar Tuan dari negeri Aladin dan Abu Nawas itu. Apakah Tuan makan bukan dari gandung dan roti? Sehingga bak moster yang melahap budaknya tanpa ampun.
Bagaimana Tuan menuliskan sejarah kelam manusia yang tak manusiawi ketika nanti Tuan dipersaksikan seluruh umat kelak? Duhai Tuan penguasa dari negeri berperadaban.   

Dalam Kehidupan Kita Harus Tegas



Lebih tepat kalau dikatakan hidup kita harus disiplin. Tapi tetap saja ide awal tulisan ini tentang hidup yang tegas. Kenapa kita harus tegas? Karena hidup berjalan dengan pola yang biasa kita kerjakan sehari-hari. Mau pintar bisa, mau tidak ya bisa. Mau kaya ya bisa mau miskin ya bisa. Tergantung pola hidup kita. Apalagi, sukses bisa, Gagal sangat bisa.
Tergantung pilihan. Tidak ada yang dapat menjadikan pribadi anda pintar, kaya, sukses, maupun bahagia. Selain diri anda sendiri. Dalam prakteknya, hidup memang cenderung memilih yang mudah, yang enak, instan. Benar yang instan-instan kini diminati. Namun, ada pernyataan yang mengatakan, tidak ada orang yang rajin di dunia ini, semua hanyalah permainan pikiran. Orang itu, men-setting piirannya sedemikian rupa. Sehingga ia sadar bahwa inilah yang seharusnya ia lakukan. Dia mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kenapa kita tidak mengerjakan ini padalah ini bermanfaat? Mengapa kita tidak menjadi ‘begitu’ padahal seharusnya memang begitu?
Kita sebut saja, kebiasaan hidup bersih. Kenapa kita tidak membiasakan hidup bersih, padahal kita tahu manfaat hidup bersih. Manusia sangat betah dengan pemandangan-pemandangan yang indah. Sangat betah berlama-lama tinggal di tempat yang bersih, asri, nyaman, lestari. Tetapi kenapa kita tidak melakukan yang seharusnya yaitu menjaga kebersihan.
Nah, pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberi alasan mengapa kita harus melakukannya? Why we must do it? Semakin berkembang jika proses-proses ini nantinya akan kita jadikan kebiasaan. Tidak pernah sama sekali melakukan ini, bukan berarti tidak bisa melakukan. Hanya pola saja yang perlu kita terapkan. Seperti judul di atas, dalam kehidupan kita harus tegas.
Tegaslah terhadap diri sendiri, tegas dalam menentukan pilihan. Apakah saya mau bahagia? Maka bahagialah. Apakah saya mau kaya maka berpikirlah seperti orang terlanjur kaya (hahaha.. seperti sinetron). Apakah saya mau bahagia ? maka bahagialah sekarang sebelum terlambat.