Open My Head

Minggu, 24 Juli 2011

Bahagia, Satu Pilihan Sejuta Manfaat

Diskusi sambil tersenyum, tertawa, melihat kawan kanan kiri, bahkan mendengarkan beragam pendapat rekan tidak nyaman jika perdebatan, kritik, mencari kesalahan, saling menjatuhkan masih berkeliaran di forum tersebut. 
Ada istilah forum diskusi sebutannya Master Mind. Lebih kepada metode yang menghilangkan perilaku 'nakal' di atas agar tujuan diskusi terekspor seluas-luasnya dan semua orang nyaman di dalamnya.
Selain itu, peserta diskusi harap tidak diam dalam menyampaikan uneg-unegnya. Di samping tidak dibenarkan menyela pembicaraan, peserta juga tidak boleh menyalahkan pendapat orang lain. Sebaiknya menambahkan pernyataannya untuk mendukung pendapat-pendapat yang telah ada. 
Perbedaan? Wajar saja, itulah yang memberi warna pada forum. Beda pendapat boleh saja asal sikap sportif dan mengutamakan hak orang lain tetap dijunjung tinggi. Sama halnya menceritakan bentuk sebuah meja. Masing-masing orang akan mendeskripsikannya berdasarkan apa yang dilihat. Tergantung dari sisi mana ia memandang. 
Nyamankan berada di tengah forum non-kritik ini. Kenapa tak kita adopsi dalam setiap rapat dimanapun? Kalau tidak berdebat tidak asyik, bisa berbeda ceritanya. Jika unsur "merasa lebih baik" yang ingin ditonjolkan, tentu tidak akan ada penyelesaian. Namun, apabila solusi yang dicari, kenapa menghormati orang lain tidak menjadi budaya dalam rapat? 
Bukankah serius sambil sesekali tertawa menyambut ide brilian lebih baik daripada menguras tenaga memperdebatkan ayam atau telur dahulu yang diciptakan.

Jumat, 15 Juli 2011

Tasauf Pilar Pengecap Kebahagiaan Agama

Tahukah kita pilar mana yang menyandarkan agama sebagai pedoman menuju kebahagiaan? Pilar Islam terdapat tiga hal. Pilar Iman atau disebut juga Habblum minannas atau akhlakul karimah. Pilar Islam atau syariat atau fiqih dan pilar Ihsan atau Habbluminallah.
Pilar yang ketiga, padanya inilah hakikat agama sebagai salah satu pokok agama yang merupakan fundamental Islam. Tasauf sebagai metode pengenalan terhadap hubungan kepada Allah. Tasauf yang merupakan bagian Islam ini seperti indera yang mengecap atau dengan kata lain merasakan indahnya agama. 
Kebahagiaan jasmani dan ruhani adalah tujuan umat memeluk agama. Islam dalam hal ini khususnya Tasauf Islam,  pada dasarnya menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki diperoleh bila kita senantiasa dekat dan mendekatkan diri kepada Maha Pemilik dan Maha Sumber segala Kebahagiaan yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Tiada pilar lain yang dapat mengecapnya, kecuali pilar ihsan yang secara khusus meletakkan metode bertasauf (habbluminallah) sebagai upaya pendekatan kepada pemilik Jagad Raya ini Allah Swt. Caranya dengan mengikuti, menaati dan menerapkan sebaik-baiknya tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari, karena agama banyak memberi petunjuk mengenai asas-asas dan cara-cara meraih keselamatan dan kebahagian di dunia dan di ahirat.  Dan agama pun mengajarkan bahwa manusia mampu meraih kebahagiaan, asalkan ia berusaha mengubah keadaan diri mereka menjadi lebih baik. 
Dalam pandangan agama Islam, manusia benar-benar mampu mengubah nasibnya sendiri ("Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri " (Q.S. al-Ra'ad/13: 11) . Artinya manusia mampu merubah dirinya sendiri. Tentu upaya dan doa tak elak menjadi syaratnya. Suatu pernyataan pernah mengungkapkan hal ini, Merubah hidupmu, rubahlah cara berfikirmu. 
Fikiran secara sistematis dan terkoordinasi membentuk gerakan yang merupakan respon dari stimulus yang berasal dari otak. Maka merubah fikiran adalah cara yang tepat untuk merubah pola hidup menjadi bahagia. Namun, perlu kita ketahui, kebahagiaan kita merupakan cerminan dari hati. Oleh sebab itu, hati kita harus bersih dari pikiran-pikiran negatif. Hindarkan dari sifat-sifat buruk seperti dendam, marah, dorongan mencaci maki dan sebagainya.
Hati yang tenang akan terbit kebahagiaan. Mari kita sepakati dahulu, Kebahagiaan bukan semata materi dan kesenangan semu. Tetapi kebahagiaan yang terbit dari rasa tenteram, nyaman, damai, dan merasa kedekatan dengan Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Cara mendapatkan kesenangan, mulailah ibadah dengan niat bersungguh-sungguh. Kemudian ciptakan rasa cinta kepada sesama. Dengan menciptakan cinta, berarti kita telah berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan bagi diri sendiri, lingkungan dan dan orang lain. 
Hindari pikiran negatif dan sebaliknya tumbuhkan energi-energi positif yang dapat membentuk pribadi menarik.

Kamis, 14 Juli 2011

Satukan Hati Bersama Komunitas Tangan di Atas

Suka memberi suka berbagi adalah salah satu ciri-ciri komunitas ini. Lebih kepada renungan tentang siapa makhluk yang bernama manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dari sanalah pemikiran pentingnya mencintai dan membantu sesama.
Komunitas yang mendahulukan kepentingan umum dan tidak berpangku tangan apalagi melanggar aturan ini senantiasa terpanggil berperan aktif dalam kegiatan sosial. Terhindar dari sifat mencari kesalahan orang lain, selalu menuntut hak, bahkan sifat anarkis melawan hukum.
Kumpulan yang senang menggelar forum diskusi dan sharing ini suka melihat senyum tawa  bahagia di bibir saudaranya. Mereka terhindar dari memiliki barang orang lain. 
Suatu ketika parit yang menggenang tertutup sampah-sampah pelastik di sepanjang jalan. Komunitas ini langsung membentuk panitia untuk mengumpulkan orang-orang yang secara suka rela turut berpartisipasi. Besoknya sekitar dua ratus orang telah turun membersihkan sampah di selokan tersebut.
Pertanyaannya, Apakah komunitas ini tidak dijanjikan Allah kemenangan? Apakah Allah menempatkan kedudukan mereka sama dengan golongan perusak? Tentu Allah telah menjamin kehidupan dunianya. Maukah kita Berada di tengah-tengah komunitas tersebut? Kalau begitu kita bisa menciptakan komunitas tangan di atas di lingkungan kita. Harapannya agar Allah menurunkan rahmatnya kepada kita.

Minggu, 10 Juli 2011

Yuk Bunuh Diri, Tapi Bunuhlah Sifat Buruk Dalam Diri

Tren bunuh diri yang marak mari kita jadikan contoh. Tapi maksudnya bukan contoh yang buruk. Seperti mengikuti langkah-langkah sesat itu. Tren ini dapat kita ambil positifnya yaitu membunuh sifat buruk dalam diri. Jika pelaku bunuh diri menganggap ini solusi, sebaliknya kita mengambil solusi dengan menjauhi perilaku tidak lazim ini. 
Ketika perasaan tidak nyaman, dibebani masalah yang sebenarnya juga bukan masalah tersebut yang menjadikannya besar. Hanya perasaan tidak dapat menerima kenyataan yang mempengaruhnya hingga munculah masalah lainnya, seperti kesehatan, tindakan menyimpang, dan sebagainya. Sebenarnya Azab Tuhan telah diturunkan kepada seseorang.
Solusi tepat mengatasinya dengan mengembalikan permasalahan tersebut kepada-Nya. Sebab dari sanalah semua berawal dan berakhir. Bagaimana mengembalikannya, salah satu dengan berinfak. Tidak mesti uang, tenaga dan pikiran juga termasuk infak. Awam, orang mencari penyelesaian masalah dengan meminum minuman keras untuk menghilangkan pikiran keruh di klub malam. Sementara orang 'kecil' pelariannya ke warung-warung remang-remang. 
Padahal Tuhan mememberi solusi tepat dari perilaku buruk manusia. Allah melimpahkan azab berupa ketidak nyamanan dan kesulitan ekonomi agar kita kembali menginstrospeksi diri. Meninggalkan perilaku zalim, keji dan mungkar. Mengobati penyakit hati yang dilandasi perbuatan maksiat. Maksiat dari perilaku bergosip, bergunjing, prasangka dan fitnah. Mencari-cari kesalahan orang lain, marah, tidak bersyukur, memotong antrian dan sebagainya. 
Ini kita anggap dosa kecil yang tidak akan terhitung padahal inilah yang menghambat rahmat Tuhan dikucurkan. Malas sifat orang tidak bersyukur. Riya sifat orang munafik, tidak amanah dan banyak lagi adalah penyakit hati yang menyumbat masuknya kebaikan. 
Perilaku inilah yang harus kita hentikan. Sifat buruk inilah yang harus dibunuh. Bukan dengan mengakhiri hidup, tetapi membunuh dengan akhlakul karimah. Habisi sifat buruk dengan zikir. Sebab zikir adalah obat hati. Bunuhlah sifat gunjing, marah, mencela, mengkritik, perdebatan, bahkan perkelahian. Kemudian tumbuhkan dengan sifat memaafkan, rendah hati yang menjadi senjata orang mukmin, berinfak, zikir dan banyak sifat positif yang dimiliki diri lainnya.

Tren Bunuh Diri Bukan Solusi

Miris sekali melihat fenomena hidup. Seorang pria lajang nekat mengakhiri hidupnya sendiri dengan menggantungkan lehernya pada seutas tali yang menyangkut di pohon besar. Ironisnya perbuatan tak wajar ini dilakukan di tengah ramainya lalu lintas berlalu lalang. Tak dapat mencegah, masyarakat hanya menyaksikan penurunan jenajahnya. 
Peristiwa ini hanya satu dari ribuan peristiwa bunuh diri lainnya. Tersebar cerita miris lainnya seputar peristiwa sama di dunia. Dimana seorang artis papan atas pun tak elak dari kematian yang tak lazim ini. Hingga sampai ke telinga, seorang ibu mengakhiri hidupnya karena persoalan ekonomi yang melilit kehidupannya. Belum lagi persoalan kasmaran menyeret insan manusia menuju tiang gantungan diri sendiri.
Bukan hanya gantung diri cara satu-satunya, mengkonsumsi obat-obatan dosis tinggi, memotong nadi, menembak kepala sendiri, berjalan di antara rel kereta saat kereta sedang melaju. Menembus tubuh dengan senjata tajam dan lain sebagainya. 
Perlu kita perhatikan modus di balik peristiwa bunuh diri ini. Menurut Menko Kesra Agung Laksono prihatin atas tindakan bunuh diri yang marak di Jakarta. Menurutnya bunuh diri yang banyak terjadi akhir-akhir ini bukan semata karena tekanan ekonomi, tetapi karena depresi.
Dia menjelaskan, upaya-upaya pencegahan perlu dilakukan karena para ahli menyatakan, sebanyak 80-90 persen kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah.  Hanya 20 persen yang tidak dapat dicegah karena ada gangguan kejiwaan akut dan kuatnya keinginan bunuh diri.  
Persoalan kecil bagi kita seperti putus cinta, mungkin besar bagi orang yang menghadapinya. Namun, dukungan dari kawan-kawan dan orang dekat memberi kekuatan bagi pelaku. Hal ini sulit  dicegah manakala pelaku cenderung berkeinginan kuat menghabisi dirinya.
Jika di atas Agung Laksono mengatakan tindakan bunuh diri ini tidak didominasi tekanan ekonomi, maka depresi sebab tidak dapat menerima kenyataan hidup adalah alasan tepat mengapa orang memilih jalan ini. Sayang sungguh sayang, namun semua telah terjadi. Api yang disulut tidak dapat dipadamkan, nasi telah menjadi bubur, tidak dapat kembali seperti sediakala. Hanya tersisa kisah yang tinggal di benak menjadi pelajaran tidak perlu diulangi lagi bagi masyarakat.
Tidak seorangpun dapat menolong kita, maka berimanlah, maafkanlah-maafkan diri sendiri-, berinfak, shalat akan memberi ketenangan, berzikir, mulai sekarang cintailah orang lain, berhentilah marah, berakhlaklah. Dengan begitu, tidak melakukan apapun Tuhan akan membukakan pintu-pintu kebaikan bagi kita. Allah lah tempat berlindung, Allah lah tempat berkeluh kesah, Allah lah tempat kembali.

Jumat, 08 Juli 2011

Ajarkan Cara Mengenal Diri

Dia Bertanya siapa dirimu? Apa yang Engkau jawab? Engkau menjawab si Fulan. Hai Fulan mana yang sebenarnya dirimu? Tangan ini dirimu? Rambut ini dirimu? Hidung ini dirimu? Bibir ini dirimu? Senyum ini dirimu? Pundak ini dirimu? Kaki ini dirimu? Tubuh ini dirimu? Apa sebenarnya dirimu? Dimana sebenarnya dirimu?
Hai Fulan Dia katakan padamu dimana dirimu berada? Sedangkan engkau hidup, bernafas, makan dan buang hajat. Tak tahukah engkau dimana dirimu? Hai fulan Dia katakan faedah mengenal diri, agar menyadari hakikat diri dan hakikat hidup di bumi.
Ketika kelak kita kembali di sisi-Nya bagaimana mempertanggungjawabkan titipan Ilahi. Sedang diri terambing dalam ketidaktahuan, bagaimana mengenali jalan kembali. Hai Fulan ada yang lebih mengerikan dari kematian. Setelah kematian, tiada syafaat, tiada petunjuk dan tak tahu jalan kembali. Kelak hari berkumpul, di sanalah ruh terombang ambing mencari rombongan orang-orang soleh. Ketika di dunia menuruti hawa nafsu, maka berkumpul pula ia dengan rombongan orang-orang merugi.
Dia menyampaikan prihal penting kepada si Fulan. Ilahi memberi agama untuk kebahagiaan umat bukan beban, bukan derita seperti disampaikan masyarakat modern yang lupa darimana asalnya. Hai Fulan dia mengatakan, akankah engkau menuruti kelalaian terus-menerus hingga engkau bangun dan tersadar hari tua telah merangkulmu. Engkau tak dapat kembali ke masa belia, engkau hanya akan menyesali, wahai sekiranya dulu aku mengambil jalan bersama Rasulullah. 
Hai Fulan dia mengatakan bukan sebagai kakak dari adik-adiknya, bukan sebagai orang tua kepada anak-anaknya, bukan pula sebagai kekasihmu. Dia mengatakan kesungguhan yang harus engkau terima. Hai Fulan hidup hanyalah sejenak berteduh di bawah rindang pohon. Akankah engkau gunakan mencari kepuasan yang tiada batas. Hai Fulan kelak engkau akan tahu jika engkau mengambil langkah bersama Rasul.
Hai Fulan tubuh ini tidaklah kekal adanya, ia akan larut bersama pijakanmu. Oleh sebab engkau ingin mengenal diri, berilah alasan mengapa engkau masih memeluknya. Jika tak sedikit pun hendak berubah engkau ambilah langkah bersama orang-orang merugi. Hai fulan dia mengajak engkau, Mari ku ajarkan cara mengenal diri.

Rabu, 06 Juli 2011

Senjata yang paling sakti adalah kebaikan hati

Di dunia bisnis, pelayanan selalu menjadi nilai jual utama. Bukan kualitas, bukan kuantitas bukan bagusnya polesan atau kemasan. Tetapi pelayanan yang terbit dari kebaikan hati itulah senjata yang paling ampuh memenangkan pertandingan di dunia bisnis. 
Semakin baik hati seseorang, semakin banyak sahabatnya, semakin mudah mendapat rezeki, semakin mudah mencari pasangan hidup, semakin mudah pergi kemanapun. Demikianlah manfaat kebaikan hati. 
Kepada siapa kita harus berbaik hati? Kepada siapapun, kepada diri sendiri, kepada orang tua, kepada atasan, kepada bawahan, kepada sahabat, kepada tukang becak, bahkan kepada musuh sekalipun.
Oleh sebab itu, mari kita tumbuhkan kebaikan hati dan bersilaturrahmi kepada siapa saja. Sehingga kita mudah mendapatkan banyak sekali sahabat.

Kacamata Bersyukur

Menikmati matahari pagi, udara segar, kesejukan, indahnya pemandangan mentari yang bergegas menunaikan tugasnya hari ini, kicau burung-burung kecil gembira menyambut pagi. Tiada tara nikmat yang diberikan Sang Pencipta. Tak satupun nikmat yang dapat kita ciptakan sendiri. Bahkan memberi kehidupan pada sebatang rumput pun kita tidak mampu. Manusia dengan segala keterbatasan mengapa tak menundukkan diri pada Sang Maha Kuasa. Tuhan segala jagat raya. Tuhan yang memberi nikmat, bahkan berlimpah-limpah. 

Dari mana arah kita datang dan kemana akan kembali, kehidupan bergulir dengan cepat, kehidupan mempengaruhi karakter kita. Jika tak mampu membedakan mana kebutuhan dunia mana kebutuhan akhirat-bekal untuk kembali-kita akan terseret pada kesibukan dunia. Kita lupa untuk mempersiapkan hari yang kekal kelak. Kita lupa bersyukur pada nikmat udara yang tidak sedikit kita hirup, namun rupanya yang sedikit ini terlupa, sehingga kita lupa berterima kasih. 
Lebih disesalkan tak jarang orang lupa siapa yang mencipta semua ini. Hingga suatu ketika kita hanya melihat penguasalah yang mencipta semua ini, hingga kita tunduk hanya kepada penguasa. 
Bekerja, prihal yang utama dalam memenuhi kebutuhan hidup dimasa sulit seperti sekarang ini. Malangnya, kehidupan religi kita sampingkan dan menunda pelaksanaannya. Rasanya seperti lupa kita ini milik siapa. Bekerja seolah-olah ingin hidup selamanya, Berdoa seolah-olah ingin mati besok. Pernyataan yang terbit dari hadis Rasul ini memberi keseimbangan untuk berpikir bahwa hidup dilatar belakangi oleh dua hal yang berbeda. Dunia dan Akhirat. Keduanya penting bahkan sangat penting, walau berbeda namun keduanya selalu berdampingan. 
Pada kenyataannya hidup lebih memilih dunia seperti rumah abadi, tempat tinggal selamanya, seperti tak ingin pulang ke kampung halaman. Berlomba-lomba meninggikan semuanya. Mulai dari meninggikan rumah, bangunan, meninggikan pagar rumah dari tetangga lain, meninggikan ilmu dunia tanpa dibarengi minat meninggikan ilmu agama, meninggikan diri, meninggikan hati dan yang paling memperihatinkan meninggikan rok mini. 
Sebelum kita beranjak dari pagi yang indah ini, marilah kita introspeksi diri. Apa jadinya, jika Tuhan berniat menghentikan pasokan udara (Oksigen) barang lima menit saja. Apakah yang akan terjadi? Sungguh kita akan menyesal sekali betapa tidak aku menjadi orang yang mensyukuri nikmat udara. Betapa aku ini tidak berterima kasih kepada Tuhan. 
Bagaimana berterima kasih kepada-Nya? Kita dapat saling memberi, saling peduli, saling berbagi demi kesejahteraan umat. Kita perlu mengaplikasikan rasa berterima kasih dengan bersedekah, kemudian menjaga kelestariannya dan sebagainya.
Bersyukur dapat kita jadikan acuan apakah telah benar-benar mencintai agama ini, mencintai sesama, bahkan mencintai diri sendiri. Pribadi yang bersyukur tentulah ia pribadi yang membangun diri sendiri dan orang lain. Pribadi yang bersyukur adalah pribadi yang beruntung.

Berubah Butuh Pengorbanan

Perubahan dari yang tidak baik menuju yang baik adalah perubahan yang perlu dilakukan. Setiap saat harus lebih baik.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Begitulah,  perubahan itu penting dalam sendi-sendi kehidupan. Merubah kehidupan menjadi lebih baik itu termasuk memenuhi fitrah manusia. Sebab, manusia diciptakan untuk membesarkan agamanya. Lebih tepat kita sebut beribadah. Jika pemahaman ini lebih dipersempit, manusia hidup untuk bersyukur.
Semua yang kita lakukan atas dasar bersyukur. Walaupun dengan alasan berbeda, namun muaranya tetap pada rasa bersyukur. Hendak shalat misalnya, sahaja aku shalat agar aku bersyukur. Bagaimana kalau dirubah, aku bersyukur maka aku shalat. Cara berpikir seperti ini akan terasa berbeda, pelaku sama-sama shalat, tetapi bisa jadi hasilnya akan berbeda.
Bersyukur dulu baru bahagia. Orang yang bahagia senang melakukan apasaja, sementara orang yang tidak bahagia terbebani melakukan apasaja. Oleh sebab itu, bersyukur itu wajib bahagia. Kalau tidak bahagia, maka segeralah bahagia, sehingga kita tidak menderita.
Perubahan dimulai dari niat. Mengi’tikadkan dalam hatinya, aku harus berubah. Kemudian diperlukan aksi. Perbuatan nyata hingga tercapailah apa yang ingin dituju. Berubah dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang kufur menjadi bersyukur. Tidak mudah tetapi bisa.
Benar sekali perubahan itu butuh pengorbanan, mesti ada yang dikorbankan. Apakah perasaan, materi, tenaga bahkan tak jarang menyita pikiran. Mesti ada tantangan untuk setiap langkah positif. Ada yang akan menghalang-halangi apapun itu.
Kita berbicara perubahan dari yang tidak baik menjadi baik dalam segala aspek. Kita sedang meniti jalan panjang agar dapat menjadi makhluk yang bernilai-nilai kemanusian. Semua itu harus dicapai. Bagaimanakah makhluk bernama manusia ini bisa mematuhi aturan-aturan sebagai manusia yang menjadikannya manusiawi di sisi Tuhannya.
Kesanalah arah perubahan itu datang dan bertujuan akhir. Sebab kita datang dan kembali ke sisi-Nya kelak, perubahan-perubahan ini sebagai bekal titipan amanah yang dititipkan untuk beberapa waktu kepad kita. Kelak kita kembalikan titipan ini menjadi rahmatan lil alamin. Perubahanlah yang membuat kita menjadi lebih baik.

Selasa, 05 Juli 2011

Koordinasi Berbasis Kerendahan Hati


Kerendahan hati mesti diutamakan dalam setiap aspek kehidupan. Dunia pekerjaan misalnya, yang tidak terlepas dari hubungan manusia dengan manusia. Koordinasi satu unit dengan unit lain demi kelancaran tujuan perusahaan. Tentu harus dibarengi dengan kebaikan. Baiknya hubungan bersumber dari kerendahan hati masing-masing person di dalamnya.
Perusahaan yang besar mempunyai peradaban unggul yang dimulai jauh sebelum perusahaan berdiri kokoh dalam dunia usaha. Nilai-nilai perusahaan yang dianut, demikian pula dimiliki oleh setiap karyawan yang berada di bawah naungannya. Jika tidak perusahaan tak stabil menjalankan kehidupan berproduktifitasnya. 
Oleh sebab itu, diperlukan hubungan baik antara karyawan satu dengan yang lainnya, Pemimpin dengan bawahan. Bahkan satu unit dengan unit lainnya. Dituntut kedewasaan berpikir dan bersikap dalam menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki. Perusahaan itu ibarat satu badan. Jika sakit satu organ tubuh atau satu unit perusahaan, maka akan berpengaruh yang lainnya.
Andaikan sebuah mobil mengalami kerusakan pada remnya, tentu akan membahayakan pengendara. Begitu juga bila baut pada pelak mobil tidak lengkap, sangat dikhawatirkan bahaya sewaktu-waktu akan mengintai dan sebagainya.
Adalagi, ibarat iring-iringan parade konvoi kenderaan bemo dengan berbagai jenis mobil kelas internasional. Kecepatan konvoi akan ditentukan oleh yang paling lambat jalannya. Begitu juga laju mobilitas perusahaan akan ditentukan oleh unit yang berkembang paling lambat. Sekalipun di dalamnya terdapat unit yang sangat berkompeten mengembangkan sumber daya manusianya. Tetap saja laju sangat dipengaruhi percepatan kinerja semua pihak.
Di samping itu, nama baik perusahaan adalah taruhan terbesar dalam dunia bisnis. Satu kali keburukan menurunkan pamor perusahaan. Walaupun seorang karyawan berkelakuan menyalahi aturan perusahaan. Namun nama baik perusahaan yang menjadi sasaran konsentrasi masyarakat.
Orang tidak akan melihat si A yang bersalah, tetapi orang akan mengatakan perusahaan A yang menyeleweng. Maka perlunya menjunjung tinggi etik perusahaan dan menanamkan kerendahan hati dalam setiap aspek berkaitan kerja maupun di luar yang mengatasnamakan perusahaan.
Kerendahan hati bagai magnet yang menarik lawan bicara seakan terhipnotis untuk memenuhi keinginan-keinginan kita. Ada sebuah statement mengatakan, jika ingin dilayani, maka jadilah pelayan terlebih dahulu. Senada dengan, terampil berbahasa akan dikenal sebagai cendekia, terampil bertata perilaku akan dikenal hingga ke hulu. Maksudnya tutur bahasa mesti sejalan dengan prilaku guna mendapat apresiasi dari orang lain.  
Semua perilaku berawal dari kerendahan hati seseorang, tidak merasa lebih baik, sebab ia sadar dirinya makhluk social yang hidup berdampingan dengan orang lain.

Senin, 04 Juli 2011

Geliat Tuan Pembantu Berumis Semakin Menjadi

Semenjak kesejahteraan bukan jaminan bagi kaum miskin, semenjak itu pula mereka sadar negeri ini bukan tempat berpijak yang aman dari kelaparan. Tidak ada sandaran empuk menggantungkan nasib yang tinggal seutas saja. Dari pedalaman, berbondong-bondong mereka datang dengan harapan besar meraup devisa dan membangun istana di kampung halaman. 
Resiko tentu bagai dinding-dinding terjal yang harus didaki setapak demi setapak, namun sepertinya jalan ini  dipercaya lebih baik mengubah nasib yang terkatung-katung daripada bertahan dengan koar-koar Petinggi negeri ini yang sudah lupa janjinya. 
Kini sampailah cerita di negeri bermandi minyak itu, harapan yang begitu besar kandas ketika tak setetes keringat dihargai selembar dinar. Malah lembam mendarat disekucur tubuh. Impian yang sama sekali tidak pernah dibayangkan bahkan dalam mimpi siang bolong. 
Tuan berkumis tega benar menyiramkan air panas ke sekucur tubuh lemas tak cukup makan. Tuan, mampukah melakukannya pada anakmu yang semata wayang? Atau mampukah merasakan pada diri sendiri? Ajaib benar Tuan dari negeri Aladin dan Abu Nawas itu. Apakah Tuan makan bukan dari gandung dan roti? Sehingga bak moster yang melahap budaknya tanpa ampun.
Bagaimana Tuan menuliskan sejarah kelam manusia yang tak manusiawi ketika nanti Tuan dipersaksikan seluruh umat kelak? Duhai Tuan penguasa dari negeri berperadaban.   

Dalam Kehidupan Kita Harus Tegas



Lebih tepat kalau dikatakan hidup kita harus disiplin. Tapi tetap saja ide awal tulisan ini tentang hidup yang tegas. Kenapa kita harus tegas? Karena hidup berjalan dengan pola yang biasa kita kerjakan sehari-hari. Mau pintar bisa, mau tidak ya bisa. Mau kaya ya bisa mau miskin ya bisa. Tergantung pola hidup kita. Apalagi, sukses bisa, Gagal sangat bisa.
Tergantung pilihan. Tidak ada yang dapat menjadikan pribadi anda pintar, kaya, sukses, maupun bahagia. Selain diri anda sendiri. Dalam prakteknya, hidup memang cenderung memilih yang mudah, yang enak, instan. Benar yang instan-instan kini diminati. Namun, ada pernyataan yang mengatakan, tidak ada orang yang rajin di dunia ini, semua hanyalah permainan pikiran. Orang itu, men-setting piirannya sedemikian rupa. Sehingga ia sadar bahwa inilah yang seharusnya ia lakukan. Dia mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kenapa kita tidak mengerjakan ini padalah ini bermanfaat? Mengapa kita tidak menjadi ‘begitu’ padahal seharusnya memang begitu?
Kita sebut saja, kebiasaan hidup bersih. Kenapa kita tidak membiasakan hidup bersih, padahal kita tahu manfaat hidup bersih. Manusia sangat betah dengan pemandangan-pemandangan yang indah. Sangat betah berlama-lama tinggal di tempat yang bersih, asri, nyaman, lestari. Tetapi kenapa kita tidak melakukan yang seharusnya yaitu menjaga kebersihan.
Nah, pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberi alasan mengapa kita harus melakukannya? Why we must do it? Semakin berkembang jika proses-proses ini nantinya akan kita jadikan kebiasaan. Tidak pernah sama sekali melakukan ini, bukan berarti tidak bisa melakukan. Hanya pola saja yang perlu kita terapkan. Seperti judul di atas, dalam kehidupan kita harus tegas.
Tegaslah terhadap diri sendiri, tegas dalam menentukan pilihan. Apakah saya mau bahagia? Maka bahagialah. Apakah saya mau kaya maka berpikirlah seperti orang terlanjur kaya (hahaha.. seperti sinetron). Apakah saya mau bahagia ? maka bahagialah sekarang sebelum terlambat.

Jumat, 01 Juli 2011

AKHIRI INI DENGAN INDAH

Perpisahan adalah satu kata yang pasti tiba masanya. Sebab setiap awal pasti berakhir. Seperti kata Bung Haji Roma Irama, pesta pasti berakhir. Benar sekali setiap pertemuan ada perpisahan. namun, bagaimana kita memberi kesan disetiap pertemuan? Sebuah iklan farpum populer mempromosikan produknya dengan ungkapan "Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda." Besar kemungkinan pertemuan pertama memberi kesan begitu besar terhadap hubungan setelah itu. 
Sebut saja hubungan percintaan sepasang kekasih. Semua dimulai begitu bahagia, tidak tahu awalnya, tiba-tiba sang wanita sudah dipelukan. Berjalan beberapa waktu, hubungan hangat menjalari hari-hari yang begitu indah. Hingga datang suatu masalah menghantam keduanya. Keributan, adu mulut, acuh tak acuh, mewarnai hubungan kala itu. Nah, hingga masa penentuan, apakah hubungan akan terus berlanjut? ataukah hubungan berhenti sampai titik dimana kejenuhan mencapai titik tertinggi?
Perbedaan kedua karakter yang tidak pernah bertemu sama sekali tentu memberi gesekan-gesekan atau benturan yang biasa terjadi. Namun, jika pihak-pihak tidak mau memberi penawaran terhadap ketetapan prinsip-prinsip hidup yang biasa ia lakukan setiap harinya. Maka hal inilah penyebab berakhirnya hubungan indah yang dulu dirajut berdua.
Bagaimana menghindari gesekan-gesekan dalam hubungan ini? Tentu kesadaran keduanya sangat diperlukan. Ada suatu pernyataan. Kalau perempuan patuh, laki-laki harus sabar. Kedua sifat ini mesti disandingkan untuk membentuk hubungan yang baik. Laki-laki dikatakan lebih memiliki sifat sabar dalam menghadapi wanita. Jika para wanita telah menemukan kesabaran dalam perangai sang laki-laki, hal ini akan berbalas dengan sifat patuh seorang wanita. Mudah-mudahan anda mendapatkan kesabaran bagi kaum laki-laki.
Tidak mudah menjalani hubungan perbedaan karakter antara dua manusia. Banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi. Perbedaan ini biasanya muncul setelah beberapa bulan berjalan. Banyak hubungan berakhir menyedihkan, pilu, isak tangis, penyesalan. Banyak pula yang berakhir bahagia, maksudnya berakhir baik. Bahkan hubungan lebih harmonis hingga masa tua. 
Pertemuan memang akan menyisakan perpisahan. Cepat atau lambat perpisahan menanti di gerbang depan jalur perjalanan yang kita lalui. Tetapi ada beberapa yang perlu kita lakukan selama hubungan itu berjalan. Saat ini, ungkapkan perasaan yang terdalam, jangan tunda hingga dia tidak di sisi kita lagi. Ucapan terima kasih atau maaf sangat berarti. Maka ucapkan kata tersebut dengan tulus. 
Hal-hal yang menjadikan hubungan berakhir, banyak. Bagaimana menyenangkan dia ketika perpisahan tiba? Itu yang terpenting. Terutama hindari mengucapkan kata-kata kasar, bahkan makian. Jaga hubungan tetap baik, tidak perlu meninggalkan kesan buruk dengan perbuatan yang tidak diperlukan. Hanya ini saja jika kita lakukan, maka kita dapat mencegah berakhirnya hubungan dengan tidak menyenangkan. Ingat dia adalah orang yang dahulu pernah sangat menyayangi kita. Walau berakhir jua setidaknya menjadi pengalaman yang menyenangkan bersama orang yang berbeda karakter.