Open My Head

Rabu, 13 April 2011

Menilik ayat Alquran Surat Al-Kahfi :109

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."(QS. Al Kahfi : 109)
Ayat di atas menyatakan demikian itu tiada batas nikmat Tuhan dapat kita menghitungnya. Semakin kita mempelajari ilmu pengetahuan, maka semakin luas pengetahuan kita. Namun semakin pula kita tahu begitu banyak yang tidak kita ketahui. 
Dari ayat di atas kita perlu bercermin, ilmu pengetahuan yang kita miliki sekarang hanyalah sedikit sekali dari yang telah digariskan Allah SWT. Nikmat yang dilimpahkannya tidak dapat kita ukur dengan pengetahuan kita. Sekali-kali kita patut menginstrospeksi siapa dan bagaimana kita. Cukupkah yang kita miliki menjadi tujuan hidup kita? Kemana kita akan kembali setelah kehidupan ini berakhir? 
Pertanyaan ini mesti hadir dalam diri manusia untuk mengetahui jati dirinya. Kehidupan kita tidaklah berhenti sampai menamatkan Sarjana (S1) dan (S2)... saja, tidak pula sampai berumah tangga dan mempunyai banyak anak. Kehidupan memang bergulir demikian. Namun, untuk apa kita berpendidikan? Untuk apa kita berkeluarga? 
Bila kita mau mengheningkan pikiran usai melaksanakan shalat malam. Berhentilah sejenak untuk menjernihkan pikiran. Tanyalah pada diri sendiri siapa diri ini dan hendak kemana? Ini memungkinkan kita untuk memperoleh petunjuk dari Sang Maha Kuasa. Disaat inilah suasana hening bening menyapu malam. Ketika itu malaikat-Nya menyusuri malam mencari dimana seorang soleh bertafakur mengharap ampunan dan petunjuk Ilahi.
Mari kita mengambil pelajaran dari Firman Allah, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." "Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami," "kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar." (QS. Al-Israa' : 85-87).
Dari ayat di atas Allah menyampaikan pesan-Nya, pengetahuan yang dititipkan kepada manusia itu sedikit. Dengannya manusia menjadi sombong. Padahal jika Allah berkehendak, Dia dapat melenyapkannya, sirna tidak berbekas, lantas apa yang akan kita sombongkan lagi? Tidak akan ada pembelaan (perlindungan) kecuali atas izin-Nya. Dikunci dengan penjelasan, bahwa karunia yang dikucurkan-Nya besar. Seperti dijelaskan pada surat Al Kahfi 109 di atas. Demikian besar nikmat Tuhan. 
Pengetahuan apapun yang kita miliki, baik ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, kesenian, maupun ilmu agama. Kalau kita mengatakan, "Saya beriman dan mengerjakan rukun Islam" Cukupkan demikian itu menjadi pembelaan di akhirat kelak? Padahal dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, yang demikian itu tiadalah cukup jika dibandingkan dengan Nikmat-Ku. 
Perlu kita ketahui Islam tidak hanya sekedar shalat, puasa, zakat, dan melaksanakan haji. Islam sangatlah luas dan mendalam. Islam adalah agama yang mulia disisi-Nya. Ada tiga pilar Islam yaitu, Iman, Islam dan Ihsan. 

Hal ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW "Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam." Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu." Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang iman." Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan." Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah menjawab, "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)
Kerendahan hati, salah satu pintu masuknya ilmu kepada manusia. Oleh sebab itu, siapapun yang mengabarkan kebaikan dan memperingatkan larangan-larangan Allah, hendaklah kita mendengarkannya. Dengan menyombongkan diri atas kemampuan yang sedikit sekali itu hanya membuat Allah murka kepada kita. Demikian semoga bermanfaat.