Tren bunuh diri yang marak mari kita jadikan contoh. Tapi maksudnya bukan contoh yang buruk. Seperti mengikuti langkah-langkah sesat itu. Tren ini dapat kita ambil positifnya yaitu membunuh sifat buruk dalam diri. Jika pelaku bunuh diri menganggap ini solusi, sebaliknya kita mengambil solusi dengan menjauhi perilaku tidak lazim ini.
Ketika perasaan tidak nyaman, dibebani masalah yang sebenarnya juga bukan masalah tersebut yang menjadikannya besar. Hanya perasaan tidak dapat menerima kenyataan yang mempengaruhnya hingga munculah masalah lainnya, seperti kesehatan, tindakan menyimpang, dan sebagainya. Sebenarnya Azab Tuhan telah diturunkan kepada seseorang.
Solusi tepat mengatasinya dengan mengembalikan permasalahan tersebut kepada-Nya. Sebab dari sanalah semua berawal dan berakhir. Bagaimana mengembalikannya, salah satu dengan berinfak. Tidak mesti uang, tenaga dan pikiran juga termasuk infak. Awam, orang mencari penyelesaian masalah dengan meminum minuman keras untuk menghilangkan pikiran keruh di klub malam. Sementara orang 'kecil' pelariannya ke warung-warung remang-remang.
Padahal Tuhan mememberi solusi tepat dari perilaku buruk manusia. Allah melimpahkan azab berupa ketidak nyamanan dan kesulitan ekonomi agar kita kembali menginstrospeksi diri. Meninggalkan perilaku zalim, keji dan mungkar. Mengobati penyakit hati yang dilandasi perbuatan maksiat. Maksiat dari perilaku bergosip, bergunjing, prasangka dan fitnah. Mencari-cari kesalahan orang lain, marah, tidak bersyukur, memotong antrian dan sebagainya.
Ini kita anggap dosa kecil yang tidak akan terhitung padahal inilah yang menghambat rahmat Tuhan dikucurkan. Malas sifat orang tidak bersyukur. Riya sifat orang munafik, tidak amanah dan banyak lagi adalah penyakit hati yang menyumbat masuknya kebaikan.
Perilaku inilah yang harus kita hentikan. Sifat buruk inilah yang harus dibunuh. Bukan dengan mengakhiri hidup, tetapi membunuh dengan akhlakul karimah. Habisi sifat buruk dengan zikir. Sebab zikir adalah obat hati. Bunuhlah sifat gunjing, marah, mencela, mengkritik, perdebatan, bahkan perkelahian. Kemudian tumbuhkan dengan sifat memaafkan, rendah hati yang menjadi senjata orang mukmin, berinfak, zikir dan banyak sifat positif yang dimiliki diri lainnya.