Open My Head

Minggu, 09 Desember 2012

Hubungan Timbal Balik Antara Memberi dan Menerima

Kemarin adalah masa lalu, esok adalah misteri, hari ini adalah anugerah. Jalani hari dengan kebaikan sebab, hari ini adalah produk masa lalu. Di dunia ini tidak ada yang instant, kalaupun ada berlalunya pun instant. Semua yang kita lakukan dimasa lalu hari inilah hasilnya. 
Kebaikan yang kita bangun atas ketulusan akan menjadi bibit unggul yang kelak kita juga yang menuai hasilnya. Kehidupan ini berlaku hukum menanam menuai. Seperti halnya tumbuhan yang menghasilkan buah, tak peduli siapa di sekitarnya, pohon itu akan menjatuhkan buah hingga ia tua dan mati. Namun, begitupun sebelum mati pohon juga mempersiapkan generasinya untuk memberi manfaat kepada kehidupan melalui benih-benih baru.
Bagaimana dengan kita? Bila diibaratkan pohon yang tidak memberi manfaat bagi kehidupan, pertanda pohon sudah mati. Bagaimana kita yang tidak memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Kita perlu khawatir jangan-jangan kita pun sudah mati secara fungsional. 
Setiap manusia tentu menginginkan kebahagiaan yang berlimpah kasih sayang. Namun, kita mesti selektif terhadap makna kebahagiaan yang ada dalam pikiran kita. Apakah yang kita idam-idamkan sekarang bongkahan emas yang tidak habis tujuh turunan dibelanjakan. Ataukah popularitas, atau melek teknologi terbaru sebagai tuntutan gaya hidup. 
Sadarkah kita akan hidup yang singkat ini benar-benar akan kita tinggalkan. Bila kita membayangkan sejenak, ketika kita terdampar di lautan luas bersama badai yang seolah hendak menelan raga kita yang kecil sekali jika dibandingkan dengan lautan tak berhujung itu. Tak peduli siapapun anda, pengguna BBM, pekerja kantoran, ahli ekonomi, ahli mesin, profesor, ataupun tukang jagal. Badai tetap menghampiri anda.
Konon lagi ketika kita di hadapan Tuhan sedang meringkuk menyesali perbuatan masa lalu. Tidak peduli siapa anda hukum tetap berlalu. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya.
Sebelum pagi menyingsing esok hari, hari ini marilah kita memperbaiki pikiran kita, menginstall program-program kebaikan dan mendelete sifat-sifat negatif sebelum kita memulai esok hari. Mari mengganti isi dalam kepala kita dengan program kebaikan untuk membentuk masa depan menjadi bahagia.

Selasa, 20 November 2012

Rumor itu Berita Yang Sia-Sia



Rumors are carried by haters, spread by fools and accepted by idiots. Mudah untuk tidak menjadi hater dan fool, tapi kita harus sangat berhati-hati agar tidak menjadi idiot. Karena pada saat kita yang digunjingkan kita biasanya “terganggu” artinya kita percaya (accept) maka kita adalah si idiot.

Kamis, 30 Agustus 2012

Jalan Sebaik-baiknya Menuju Ridho-Nya

Setiap perbuatan pasti akan mendapat balasan. Kebaikan akan mendatangkan kebaikan, keburukan berdampak pada keburukan. Kebaikan yang kita lakukan akan dibalas di dunia ini juga. Tetapi, apakah kebaikan mampu menyelamatkan kita di akhirat kelak tanpa mengindahkan perintah lainnya?
Tuhan memerintahkan kita shalat, zikir dan ketentuan syariat lain agar hidup kita bahagia. Tentu tak hanya mengerjakan satu perintah. Banyak sekali jalan menuju ridho-Nya.

Kamis, 02 Agustus 2012

PETUNJUK UNTUK SEGERA BERTAUBAT

“Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan memohon ampunan kedapa Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata,”(QS. Al-Kahf : 55).
Ayat di atas sesungguhnya menegur dengan kehalusan dan kelembutan bahasa Illahi yang menerangkan pesan Tuhan untuk segera bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya. Tentu taubat yang dimaksud bukanlah atas dosa besar ketika ia membunuh, memperkosa, merampok, mencuri, berzina, berjudi dan mabuk-mabukan. Sebab hanya dosa ini yang terpatri dalam pikiran kita sebagai dosa besar.
Padahal meninggalkan shalat, mencela sahabat yang  mengerjakan amalan soleh, menyatakan ah kepada orang tua dan mengambil hak orang lain adalah termasuk golongan perbuatan maksiat. Karena maksiat itu adalah apa-apa yang dilarang dan harus segera ditinggalkan karena Allah SWT. Oleh sebab itu, jangan hanya membatasi maksiat pada unsur perbuatan kekejaman yang bertentangan dengan norma-norma publik saja.
Tanpa kita sadari banyak hal-hal lain yang justru lebih merugikan orang lain dan secara berkesinambungan menyebabkan kerusakan tatanan kehidupan. Justru hal-hal kecil yang terus menerus dilakukan hingga menjadi akar penyakit yang berkembang di masyarakat.
Kita sebut saja antri di tempat-tempat umum seperti saat pembayaran tariff listrik, antri di balai pengobatan, pembayaran di kantor perpajakan, menabung di Bank dan sebagainya. Tertib antri di sarana publik tidak akan ada orang yang memperhatikan apalagi memberi penghargaan. Namun, hal ini pula yang menjadi budaya menghargai kepentingan orang lain. Bukan malah mengutamakan kepentingan sendiri.
Apa dampak buruknya? Akibat dari mencuri kesempatan orang lain, seperti saat ini kita dihadapkan pada problema bangsa yaitu kemacetan lalu lintas. Mengatasi problem ini pemerintah berupaya melakukan pelebaran jalan dan membangun jalan baru. Namun apa yang diharapkan tidaklah sesuai dengan keinginan. Tetap saja solusi kemacetan menjadi impian belaka.
Selain volume transportasi semakin meningkat, polusi semakin pekat dan kemacetanpun semakin parah. Sebagai bukti, kemacetan khusus wilayah Ibu Kota Negara kita. Dampak kemacetan memang dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat terutama yang tinggal daerah perkotaan hampir di seluruh Indonesia.
Penyebabnya adalah ketidakpedulian terhadap kepentingan orang lain, selalu mendahulukan diri sendiri. Hal ini berawal seperti yang dikatakan sebelumnya. Berawal dari kesadaran dan kesabaran tertib antri di segala sarana publik.
Ketidakpedulian ini mengingatkan kita akan ilustrasi berikut. Kisah seekor tikus dan empat sahabatnya. Suatu hari tikus melihat pemilik rumah membeli perangkap tikus yang baru. Tikuspun gundah dan menceritakan kepada sahabat-sahabatnya.
Datanglah tikus pada ayam dan menceritakan kegundahannya, tapi ayam malah tertawa dan berkata, malang benar nasibmu, perangkap tikus tidak akan membahayakanku. Mendengar hai itu, tikus kecewa sekali. Kemudian pergilah ia menemui ular dan menceritakan hal yang sama. Ular malah bersikap sama seperti ayam. Ular berkata sahabatku yang malang, itu tidak akan menbunuhku.
Tak patah arang, tikuspun menemui kedua sahabatnya, kambing dan sapi. Tidak jauh dari sikap ayam dan ular, ketidakpedulian sahabatnya sangat disesalkannya. Kini tikus merasa harus menghadapi persoalan ini sendirian.
Singkat cerita, suatu hari ular tanpa sengaja terperangkap dalam rumah tadi. Ular bingung menemukan jalan keluar. Kepanikannya menyebabkan ekornya menyentuh perangkap tikus itu. Karena kesakitan ular mengeluarkan suara berisik, sehingga diketahui keberadaan ular oleh istri pemilik rumah.
Melihat ada seekor ular dalam rumahnya, sang istripun mengambil sebilah kayu dan memukul ular. Namun sayang, ular sempat mematuk kakinya. Alhasil istri pemilik rumah harus dilarikan ke rumah sakit. Ular yang tadi terkena pukulan kayu menjadi lemah dan mati.
Tak terselamatkan nyawa sang istri, ia pun meninggal. Upacara pemakaman disiapkan, ayam terpaksa dipotong untuk makan para sanak keluarga. Tidak cukup hanya ayam, kambing pun jadi santapan handai tolan yang berdatangan ke rumah tersebut. Beberapa hari kemudian nasib sapi berakhir dalam kuali dalam upacara mendoakan istri pemilik rumah. Tikus hanya dapat bersedih dan menyesali peristiwa itu dari kejauhan.
Hal kecil yang tidak pernah terpikirkan oleh kita dapat menjadi dampak yang sangat besar dan susah sekali diperbaiki. Ilustrasi tadi dapat kita seimbangkan dengan sikap kita dalam kehidupan berdampingan dengan orang lain. Seberapa besar kepedulian kita untuk tidak berlomba-lomba melintasi lalu lintas? Seberapa seringnya kita tidak mematuhi peraturan lalu lintas?
Seperti yang diperingatkan tikus pada ilustrasi di atas. Demikian halnya selogan-selogan dan imbauan agar mentaati peraturan lalu lintas. Penyakit yang mendarah daging menjadi ciri bangsa ini, padahal sebenarnya kita sadar, perilaku menyimpang sangat merugikan banyak pihak.
Apakah ini tidak termasuk dalam kesombongan? Manakala peraturan telah ditegakkan, dikarenakan kesombongan, sehingga menyebabkan kerusakan di muka bumi. Maka dari itu, kita patut kawatir apakah kita  termasuk golongan orang zalim itu? Kalau demikian kita perlu menginstrospeksi diri dan berubah dari sekarang untuk mewujudkan peradaban manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian berdasarkan akhlakul karimah.* 

MENAHAN MARAH KUNCI SEGALA KEBAIKAN


Dari Abu Hurairah menceritakan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah untuk meminta nasihat beliau. Orang itu berkata, "berilah wasiat (nasihat) kepadaku...". Rasul bersabda, "janganlah engkau marah...!". Kemudian orang itu mengulang berkali-kali permintaan nasihatnya kepada Nabi, maka Nabi pun mengulangi jawabannya, "janganlah engkau marah" (HR. Bukhary: 5765)
Rasulullah memberi nasihat yang ringkas namun mencakup semua sifat baik, yaitu nasihat agar selalu menahan kemarahan. Orang yang bertanya kepada Nabi itu mengulang permintaannya berkali-kali dan Nabi memberikan jawaban yang sama. Ini menunjukan bahwa melampiaskan kemarahan adalah sumber segala keburukan dan menahannya merupakan penghimpun segala kebaikan [1]
 Imam Ja'far bin Muhammad mengatakan: "kemarahan adalah pembuka segala keburukan"
imam Abdullah bin Al-Mubarak Al-Marwazy, ketika ada yang meminta kepada beliau, "sampaikanlah (nasihat) kepada kami yang menghimpun semua akhlak yang baik dalam satu kalimat". Beliau berkata, "tinggalkanlah amarah".
 Demikian pula Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ishaq bin Ruhuyah ketika menjelaskan makna akhlak yang baik, mereka mengatakan, "(yakni) meninggalkan kemarahan" [2]
Jadi perintah Rasulullah dalam hadits di atas, "janganlah engkau marah" berarti perintah melakukan sebab (perantara) yang akan melahirkan akhlak yang baik, yaitu sifat yang lemah lembut, dermawan, malu, tawaduk, sabar, tidak menyakiti orang lain, pemaaf, ramah dan sifat-sifat yang baik lainnya berusaha menahan emosinya pada saat ada faktor-faktor yang memancing kemaran. [3]
Menahan amarah dan sifat pemaaf merupakan karakteristik ahlussunnah, pada dasarnya amarah ditiupkan oleh setan pada hati manusia maka amarah tidak akan membawa apa-apa melainkan kerusakan.
Seorang tidak akan mampu menahan amarah tanpa memiliki sifat pemaaf, sifat pemaaf merupakan keagungan pada setiap pribadi manusia. Inilah nasihat yang agung dan luhur dari Rasulullah bagi ummatnya agar menahan amarah jangan mudah marah karena marah sumber kerusakan, merusak akal, jiwa, harta dan hati. Ini juga merupakan bentuk kasih sayang dari Rasulullah kepada ummatnya agar tidak terjerumus kepada kerusakan maka beliau mencegah apa yang dapat membawa pada kerusakan.
 Tatkala diri dan hati tersakiti, difitnah dan dibenci janganlah sekali-kali kita membawanya pada dendam, karena dendam hanyalah membuat kita semakin terluka dan menambah rasa sakit. Akan tetapi dengan memaafkan akan membuat kita mendapat kemulian dengan membawanya pada keikhlasan sehingga semua luka akan sembuh total. Ikhlas adalah penawar hati yang terluka.
Dalam sebuah kesempatan Forum Cofee Morning yang rutin dilangsungkan di Panca Budi, Muhammad Isa Indrawan SE, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi melalui sebuah buku mengatakan, Apakah anda pernah disakiti orang? Apakah anda sakit hati? Maafkanlah maka semua membawa anda kepada kerendahan hati dan itu sangat bermanfaat bagi anda.
Dari Aisyah ra, "Rasulullah tidak pernah marah karena diri pribadi beliau, kecuali jika batasan syari'at Allai dilanggar, maka beliau marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah" (HR. Bukhary: 3367)
Beberapa dalil di atas dan sumber yang ada membuka pikiran kita untuk senantiasa menghindari marah. Ketika luapan emosi menenggelamkan kita, lakukan beberapa hal. Duduklah, jika masih marah berbaringlah, jika belum reda amarah itu berwudulah, bisa pula diteruskan dengan salat sunat dua rakaat.
 [1] keterangan imam Ibnu Rajab dalam kitab Jami'ul 'Ulumi wal Hikam, hlm. 144
[2] semua ucapan di atas dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam Jami'ul 'Ulumi wal Hikam, hlm. 145
[3] idem[4] Syarah dari Omar Ibrahim al-Imanulmuslim

Sabtu, 05 Mei 2012

Memberi Itu Menciptakan Kasih Sayang


Uluran tangan kepada siapa saja akan menumbuhkan kasih sayang dan cinta kasih pada keduanya. Lihat saja pejabat pemerintah yang rutin menyantuni warganya akan dikenal kedermawanannya. Sementara, pejabat yang arogan, janji-janji melulu, tidak realistis akan diabaikan warganya. Itu contoh yang dapat diambil sebagai relevansi dari judul artikel ini.
Di samping contoh tadi, ungkapan cinta seorang ibu kepada anaknya juga tidak terlepas dari pengorbanan seorang ibu dalam bentuk mengandung, melahirkan, merawat anaknya hingga dewasa. Ini juga bentuk cinta kasih ibu kepada anaknya. 
Ada bahkan banyak buku-buku bestseller mengkampanyekan wujud kasih sayang melalui pemberian atau infak dari yang kaya kepada yang miskin. Sebab selain perintah agama hal ini juga banyak memberi manfaat baik yang memberi maupun yang diberi. Namun, bukan lantas kita senang minta-minta dengan dalil bahwa akan membuat silaturahmi semakin erat, sama saja namanya ngarep. Sangat muli jika kita memilih tangan di atas daripada tangan dibawah.
Dalam Islam ada namanya zakat fitrah, zakat mal atau harta, sedekah, qurban ini adalah produk-produk atas nama memberi dan berbagi terhadap sesama. Berbagi itu indah. Sudah fitrahnya manusia senang bila menyenangkan hati orang lain. Kegembiraan orang yang menerima infak itupula yang membuat kita bahagia.
Pasangan yang sedang kasmaran tidak luput dari maksud judul artikel ini. Memberi apapun kepada kekasih, mengusahakan apapun untuk sang kekasih walau harus mengambil bintang di langit, menyeberangi lautan, mendaki bukit berduri semua atas landasan kasih sayang. Hal itu bukan tanpa sebab, adanya cinta dan kasih sayang akan menerbitkan kasih sayang yang lebih besar itulah yang diharapkan seorang pada kekasihnya.
Oleh sebab itu, memberi jangan ragu-ragu, jangan malu-malu, jangan pamrih. Akan ada balasan berlipat dari Allah jadi jangan ragu,jangan malu memberi, jangan minta imbalan kepada orangnya, tetapi mintalah kepada Allah.


Jumat, 24 Februari 2012

Delete Yang Lama Install Yang Baru

Orang Thailand menyukai makanan ringan berupa keripik renyah yang lezat. Namun, jangan salah, karena bahannya dari serangga liar yang di Indonesia sebagian besar masyarakatnya tidak mengkonsumsi jenis hewan itu. Serangga liar itu seperti lipan, kaki seribu, kalajengking, cacing, capung, kecoa dan banyak lagi. Membayangkan hewan ini bagi masyarakat Indonesia tentu merasa jijik.
Tidak demikian bagi orang-orang Thailand, hewan ini menjadi makanan khas dan favorit secara turun temurun. Lidahnya sudah akrab sebab dari kecil disuguhi hidangan 'bergizi'. Berbeda dengan kita yang tidak pernah mengenalnya akan merasa aneh dan jijik. Kedua cara berpikir yang berbeda. Pertanyaannya, cara berpikir siapa yang diikuti? Kedua masyarakat mempunyai cara yang berbeda.
Bicara masakan, ragam daerah di Indonesia mempunyai masakan khas masing-masing. Mulai dari Aceh hingga Papua memiliki masakan khas tersendiri. Lidah orang Minang biasa dengan masakan asinnya yang secara turun temurun diwariskan. Bukan makanan enak kalau kurang rasa garamnya. Orang Jawa, khas dengan masakannya yang serba manis. Sambal pun disajikan pedas manis. Lain lagi orang Batak yang akrab dengan pedasnya semua masakan bersambal.
Cara berpikir orang masing-masing berbeda terhadap masakannya. Mana yang harus diikuti? Ketika kita berbicara cara berpikir atau paradigma orang terhadap dirinya dan kehidupan berbeda-beda, mana yang harus kita ikuti? Siapa yang paling benar? Yang mengantarkan kita pada jalan kebenaran itu sendiri.
Pernahkah kita berpikir, jalan hidup yang kita pilih ini atas dasar pemikiran siapa? Kemudian, jika anda beragama Islam atau Kristen atau agama dan kepercayaan apapun yang dianut dari sejak anda belum lahir, jika anda diminta memeluk agama lain, apakah anda mau? Jawabnya, Tidak. Jawaban anda siapa yang mempengaruhinya?
Jika seseorang bertanya kepada anda, berapa usia anda sekarang? Anda menjawab sekian puluh tahun. Kemudian ditanya lagi, berapa usia buku, majalah, lembar-lembar informasi yang anda baca? Sekian ratus tahun. Lalu, berapa usia sejarah peradaban manusia? Sekian ribu tahun. Terakhir, berapa usia Tuhan? Anda akan menjawab, tidak tahu. 
Siapakah yang paling lama hidup di antara makhluk-makhluk di muka dunia ini? Usia biasanya mempengaruhi pemikiran. Semakin lama ia hidup, semakin banyak pengalamannya. Tuhan yang paling lama hidup di dunia ini. Tentu Dia lebih mengetahui seluk beluk dunia ini apalagi seorang manusia. Dia mengetahui segalanya. Dia tidak tidur, tidak mengantuk mengawasi makhluknya.
Ketika Dia mengatakan:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil.” (QS al-Baqarah: 188).
Apakah kita masih akan meninggi-ninggikan harga? Atau mengurang-ngurangi timbangan? Tidakkah perbuatan ini sama halnya mengatakan "Tuhan hari ini aku mau menentang Mu dengan meninggikan harga barang. Atau aku ingin mengurangi takaran timbanganku." Tidak mengucapkan, tetapi perbuatannya menentang firman Tuhan.
Kemudian, seorang istri mencintai suaminya. Ketika suami pulang kerja si istri menyambutnya dengan wajah muram, rambut acak-acakan dan pakaian yang tidak membuat suami bertambah semangat. Ketika keluar rumah dandannya luar biasa cantiknya. Suatu ketika dilarang suami pergi keluar rumah. Tidak menggubris, si istri nyelonong saja tak menghiraukannya. 
Hal ini biasa-biasa saja dalam masyarakat. Tetapi Tuhan melarangnya sedemikian detil dalam Surat Al Ahzab ayat 33 yaitu :
Menetaplah di rumah kalian ( para wanita ), dan jangan berdandan sebagaimana dandanan wanita-wanita jahiliyah. Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan patuhilah ( wahai para wanita) Allah dan rasul-Nya.
Suami tidak perhatian, sakit hati dengan perkataan atau perbuatan suami, penghasilan kurang, suasana rumah tidak menyenagkan biasanya dijadikan alasan untuk melegalkan atau membenarkan tindakan seorang istri meninggalkan suaminya dengan pergi menginap ke tempat lain (teman, saudara, kantor, ortu dll).
Meninggalkan rumah saat itu hanya sebuah pengakuan kepada Tuhan, "Ya Tuhan beberapa hari ini aku memang menentang Mu." Bagaimana tidak, kala itu statusnya masih bersuami. Suami adalah pemimpin yang oleh Allah dan RasulNya diatur berdasarkan hukum syariat. Tetapi, apabila tidak tahan dengan sikap suami, mintalah cerai dan si istri bisa berbuat sekehendaknya. 
Beberapa contoh perbuatan di atas hanyalah segelintir saja dari pelanggaran-pelanggaran dan tanpa disadari kita telah berani berkata kepada Tuhan, "Hari ini aku menentang Mu ya Tuhan." Apabila kita memang menyadari pikiran Tuhan lah yang paling benar dan sarat dengan kebenaran, mengapa bukan pikiran Tuhan yang kita terapkan dalam alam bawah sadar kita?
Kasus lainnya, pernikahan mengeluarkan biaya besar, terpaksa berhutang dilazimkan hampir seluruh masyarakat Indonesia. Sementara Tuhan berpesan, 
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid534, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan535. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
(Al – A’raf- 31)
Dalam pikiran manusianya hal ini wajar-wajar saja sebab menikah hanya sekali dalam hidup. Dengan kata lain, pendapat Tuhan dengan pendapat manusianya berseberangan. Faktanya, pikiran Tuhan tersisihkan.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al Hajj Ayat:

8. Dan sebahagian manusia ada yang berbantah tentang Allah tanpa ilmu, tiada petunjuk, dan tiada kitab yang menerangi,

51. Dan mereka yang berusaha melemahkan (menantang) ayat-ayat Kami, mereka adalah penghuni neraka jahim.
Saat ini, pikiran siapa yang selain dari petunjuk Allah? Barang siapa tidak mengikuti petunjuk Allah dialah orang yang menentang Allah. 
57. Dan orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, maka mereka itu baginya azab yang menghinakan.
Oleh sebab keyakinan memilih agama Allah, marilah mengikuti petunjuk-petunjuknya untuk mencapai perubahan makna menjalani kehidupan yang sempurna di sisi Allah. Untuk itu, perlu bagi kita mendelete program anti-petunjuk yang lama dan menginstall program petunjuk Allah yang baru (kembali ke jalan Islam). 

Kamis, 16 Februari 2012

Melukis Hati

Tahukah anda apa yang menjadikan diri anda begitu berharga? Apakah anda pernah mengira-ngira dimanakah letak hati yang menjadikan anda bahagia, sedih, murung, ceria dan sumringah? 
Ketahuilah dalam setiap tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu.Ketahuilah, Itu adalah hati.(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas memberi keterangan mengenai fungsi hati bagi manusia. Dalam hal ini, hati yang dimaksud bukanlah lever atau limfa dalam dunia kedokteran. Tetapi segumpal daging yang bernama hati seperti disebutkan hadis di atas.    
Kegunaannya sebagai kontrol diri manusia. Apabila digunakan untuk kepentingan yang baik, maka baiklah sipenggunanya. Sebaliknya, apabila digunakan untuk kepentingan yang buruk, maka buruklah sipenggunanya. Seperti pernah dalam tayangan motivasinya Mario Teguh disampaikan, sebenarnya hati mampu mengobati dirinya sendiri dengan mengikhlaskannya. Namun, pikiran dan sikap mempunyai cara sendiri yang membatalkan hati mengobati dirinya sendiri.
Alhasil, kerap kali perbuatan tidak sesuai dengan hati nurani. Hati tahu apa yang diinginkannya, tetapi pikiran kita mengelabui keinginan itu. Hati dapat mengontrol dirinya. Ketika hati memasuki zona kesalahan, ia akan memberi alarm berbentuk kegelisahan. 
Apabila kesalahan secara sengaja ataupun tidak disengaja hati akan berfungsi memberikan sinyal kegelisahan. Namun, pikiran kembali mengelabui hati dengan mengikuti bisikan-bisikan hati yang berasal dari luar dan biasanya bahkan hampir dapat dipastikan keliru.
Hati yang dalam bahasa arab disebut alqalb sesuai dengan artinya bolak-balik, gampang berubah. Seperti diterangkan hadis di atas hati dapat menjadi baik. Tak dipungkiri pula dapat menjadi buruk. Oleh karenanya, hati harus dijaga dengan baik. Apabila tidak, hati dapat menjadi rusak bahkan dapat mengeras seperti batu dalam ayat berikut diterangkan; 
Alquran Surat Al Baqarah ayat 74, Allah SWT berfirman:
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan."
Dijelaskan pula dalam ayat yang lain, "Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka apakah kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS Al-Baqarah: 6-7).
Pertanyaannya,  mengapa hati demikian penting? Di zaman modern ini banyak sekali orang cerdas, tetapi akhirnya menjadi pribadi gagal. Ini karena pribadi tersebut memiliki hati yang membatu, berpenyakit dan terkunci.
Hati tidak yang tidak terlatih dengan unsur-unsur kebaikan akan menjadi lemah, rusak, buruk. Lebih buruk lagi hati dapat menjadi tuli, bisu dan galau bahkan tidak mengenal Tuhannya. Pada taraf ini sipemilik hati kehilangan nuraninya untuk saling menyayangi sesama. Homo Homini Lupus istilah yang disimbolkan untuk penyakit suatu kelompok manusia yang melazimkan hukum rimba di tengah-tengah kehidupan. Manusia yang kuat memakan manusia yang lemah. Tidak ada kasih sayang

Selasa, 14 Februari 2012

Valentine's Dalam Tanda Tanya (?)

     Valentine's day diyakini sebagai hari kasih sayang se-dunia yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Bukan hal baru bagi kita. Peristiwa ini muncul dari salah satu legenda Pastur Roma bernama Valentine pada abad ketiga. 
     Saat itu, Kaisar Romawi Claudius II membangun kekuatan militer muda dan berpikir pria lajang akan menjadi prajurit yang baik.
    Namun, tidak sejalan dengan pemikiran rakyatnya. Pemuda masa itu memilih untuk menikah dan hidup tentram daripada berperang. Untuk membangun tentara yang kuat, kaisar melarang laki-laki muda menikah. Larangan pada rasa sayang ini tidak adil dan membuat Valentine melakukan upacara perkawinan rahasia. Ketika tertangkap basah, pastor cinta legendaris ini dihukum mati.
      Lebih tragis, pastor ini dipenggal di depan umum pada 14 Februari karena menolak mencela nama Kristus. Karenanya, tanggal tersebut ditetapkan gereja sebagai hari untuk menghormati kehidupan heroiknya.
     Tidak berhenti sampai disitu, rupanya legenda ini terus berkembang hingga kini. Perayaan pun sengaja digelar untuk mengenang legenda tersebut. Sayangnya, tidak berbeda dengan remaja-remaja non muslim, mereka yang notabene muslim dan muslimah pun ikut-ikutan merayakan hari kasih sayang ini. Entah sangkut pautnya dimana dalam ajaran Islam, muda mudi ini menjiplak habis-habisan perilaku permisif yang legal dilakukan orang-orang barat.
      Keinginan untuk turut merayakan hari Valentine ini muncul akibat pengaruh global yang terus berkembang dewasa ini. Tanpa disadari pengaruh yang begitu cepat dari luar mendatangi sendi-sendi kehidupan budaya bangsa. Mengikis sedikit demi sedikit karakter budaya bangsa Indonesia asli dan menggantikannya dengan budaya yang baru.
     Dogma yang terus-terusan dipupuk pada remaja melemahkan budaya nusantara yang kini semakin ditinggalkan. Tak hanya itu, penyimpangan aktifitas remaja pun meningkat saat merayakan valentine ini. Para remaja menganggap hari ini harus dirayakan dengan nuansa romantis sepanjang hari itu. Bahkan tak jarang perilaku seksual dilakukan pasangan muda mudi untuk memaknai kasih sayang pada pasangannya.
     Pembenaran yang secara ramai-ramai dan terkesan dipaksakan ini kurang mendapat tanggapan  masyarakat. Padahal cipta karya budaya global ini benar-benar mengantarkan pemuda bangsa ini menuju jurang penghancur.
      Valentine tidak pernah bener-benar dirasa sebagai momok yang pada suatu saat akan menjadi upacara wajib penyalur syahwat bagi anak laki-laki kepada perempuan yang berakhir dengan pelepasan keperawanan setiap tahunnya. 
      Saat ini saja banyak pribadi yang melazimkan perayaan ini. Media misalnya, ramai-ramai menyiarkan tayangan bertema valentine. Mulai dari dekorasi studionya sampai mengundang selebritis muda yang lagi bergelora asmara sesama selebriti. 
     Media salah satu sarana paling bertanggungjawab dalam penyebaran arus budaya asing yang satu ini. Sebab tayangan- tayangan media bagaikan dengungan keras memberi pengaruh luar bagi penikmatnya. Begitu banyak artikel-artikel tersebar di internet mengenai bahaya yang dibawa melalui valentine's day ini, tidak banyak harapan menyadarkan masyarakat. Sebab media televisi sendiri yang pengaruhnya lebih besar kepada masyarakat secara tidak langsung membenarkan perayaan ini.
     Muncul salah satu pertanyaan apakah yang akan menghentikan pengaruh budaya ekstrim yang bentuk kasih sayang ini?

Selasa, 17 Januari 2012

Ibarat Dua Sisi Uang Logam

Kita mesti melihat ke bawah jika harapan terasa usai yang menjadikan kita bersyukur. kita perlu melihat ke atas apabila semangat terasa tinggal seutas, yang menjadikan kita begitu berharga untuk satu kata "menyerah".
Terkadang  banyak hal yang kita usahakan tidak berbuah hasil yang manis. Yang menjadikan kita terombang-ambing dalam kegalauan. Kenapa? Hampir dipastikan pertanyaan yang keluar dari alam pikiran terhadap kenyataan yang tidak bersahabat. Kekesalan bahkan penyesalan tak elak meracau kata-kata cela pada keadaan.
Namun, pernahkah kita merasakan penderitaan orang lain yang tidak disangka-sangka ditempatkan pada keadaan lebih buruk. Atau apabila semangat mulai kendur pernahkah kita melihat ke atas. Seorang tokoh besar yang hidup di bawah garis kemiskinan. Namun, mampu berkata 'tidak' pada nasibnya. Mereka yakin nasibnya dapat mengantarkannya keluar dari kemiskinan. Jatuh adalah kepastian. Pasti jatuh. Tetapi bangkit jauh lebih pasti mungkin bagi setiap orang yang belajar memahami kehidupan.
Diri kita ini makhluk yang kecil sekali bagi Sang Pencipta. Di sisi lain, penciptaan pribadi ini adalah penciptaan yang sempurna dan bernilai. Tergantung dari sudut mana kita menyikapinya. Uang logam seratus rupiah ada dua sisi yang menjadikannya uang logam senilai seratus rupiah. Begitu juga diri kita, ada dua sisi yang berlawanan. Namun itupula yang menjadikan kita ada. Tidak dapat dipungkiri kejahatan dan kebaikan ada dalam diri kita. Hanya tinggal memilih jalan yang mana. 
Begitu pula kekurangan dan kelebihan keduanya saling melengkapi. Keduanya saling menyokong. Satu sisi bisa saja merasa bangga. Di sisi lainnya merasa menderita. Apalah arti kedua ini ketika kita telah menyadari hidup ini hanya perjalanan singkat yang sarat makna. Jika kita mau menyadari, diri kita sangat berharga, bernilai tinggi dan mulia. Kita adalah orang-orang pilihan yang diciptakan untuk bermanfaat bagi perputaran kehidupan ini.