Open My Head

Minggu, 09 Oktober 2011

Kebajikan Itu... bagi-bagi

Seorang berpribadi mengagumkan mengatakan, menentukan sahabat kita pasti melihat kimianya sama. Seperti si A bersahabat dengan si B karena si A dan Si B sama-sama suka berdiskusi dan menyapu halaman. Sementara si C tidak, ia gemar berkata-kata 'kebun binatang' dan si C suka minta rokok. Pertanyaannya, apakah satu kimia si A dan B dengan si C? 
Memilih teman memang penting. Teman dapat mempengaruhi cara berpikir kita. Misal saja kita hendak shalat Jumat, sementara kawan asyik cerita soal gitarnya yang ditanda tangani coky-netral, Band popular Indonesia. Begitu asyiknya cerita, sebentar lagilah belum azan, pas azan sebentar lagi masih kutbah, pas kutbah sebentar lagi belum iqomah. Akhirnya, malaslah minggu depan kan masih bisa. Kemudian asyik cerita terus sampai jam 14.00 WIB.
Inilah salah satu contoh memilih teman. Namun kalau kita memilih bersahabat dengan kawan yang senengnya shalat ke masjid, secara perlahan kita juga bisa ketularan. Misal pulang kuliah bertandang ke rumahnya, sebelum makan shalat dulu, mau makan duluan malu, akhirnya ikutan shalat. 
Dalam keseharian mesti kita tidak terlepas bicara panjang lebar dengan siapa saja. Pernahkah kita memikirkan pembicaraan itu terdapat banyak informasi dan pengalaman. Dari mana kita memperoleh informasi dan pengalaman hidup? Siapa atau apa yang mempengaruhi kita mengambil keputusan? Keputusan-keputusan kita dihasilkan cara berpikir kita. Siapa yang mempengaruhi cara berpikir kita? 
Jika kita bersahabat dengan orang-orang penggunjing dan suka sekali mencela orang lain. Mungkinkah kita juga ikut menjadi penggunjing dan pencela? Jawabnya mungkin. Jika kita bersahabat dengan orang yang kalau bicara mesti membuat orang tertawa, termotivasi dan terdorong untuk meneraktir mungkin tidak kita juga kebagian diteraktir? Jawabnya pasti. Pasti kita yang bayar semuanya.
Maksudnya sedikit banyak kita juga satu pemikiran dan dapat mengatakan bahagia itu awalnya tersenyum. Orang yang bahagialah yang dapat menularkan kebahagiaan kepada orang lain. Sebab orang memberi jika ia memiliki. Kalau tidak bahagia ya tidak bisa memberi kebahagiaan, kan tidak punya rasa bahagia.
Dalam surat Al-Asr: 2-3 "Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." 
Setiap nafas setiap degub jantung kita setiap langkah kaki kita jika sama sekali tidak bertujuan untuk Allah adalah sia-sia. Tuhan sudah mengabadikannya dalam Alquran. Sampai-sampai Tuhan bersumpah "Demi Waktu" bahwa waktu kita tidak berarti jika tidak memanfaatkannya untuk kepentingan Tuhan. Dia mengatakan kecuali jika kita beriman kepada 6 pokok keyakinan dalam Islam. Tetap merugi kecuali kita mau melakukan kebajikan-kebajikan. Merugi, kecuali kita mau saling menasehati yang baik-baik, yang benar-benar untuk selalu sabar menghadapi permainan kehidupan, lika-liku kehidupan. 
Pertanyaannya, apa saja yang termasuk dalam kebajikan? Kebajikan, kebaikan hati, saling tolong menolong, gemar membantu meringankan orang lain. Banyak sekali yang dapat kita lakukan. Saya seorang miskin bagaimana saya bisa berinfaq membantu orang miskin yang lebih kekurangan? Gampang senyum aja.
Saya seorang karyawan rendah di Bank bagaimana saya bisa membantu orang lain? Bisa, senyum dan sapa kepada nasabah dan berikan informasi yang membantu urusannya itu terhitung ibadah.
Sementara ada orang yang gak peduli terhadap kesalahan orang lain walau dia tahu hal itu salah. Bagaimana kita menasehati sementara orang lain mencela saat kita nasehati? Berubah dimulai dari diri sendiri. Ketika orang mencela perkataan anda, maka rubahlah diri anda dahulu. Nasehat utama tidak dengan perkataan namun dengan perbuatan. Perbuatan sangat mudah mempengaruhi orang lain, jadi nasehat juga bisa dilakukan dengan perbuatan.