Open My Head

Sabtu, 07 Mei 2011

Marah, Marah, Marah Boleh Gak Ya?

Dalam suatu kesempatan, saya berkumpul dengan teman-teman. Kali ini ada bahasan menarik tentang marah. Seorang kawan bertanya, "Bagaimana kalau kita marah sama orang lain?" Dijawab oleh seorang kawan sekaligus Abang kami yang pengetahuanya lebih tinggi dan luas. "Jangan marah!" katanya. 
Teman yang tadi masih belum puas, "Iya betul, tapi kalau kita terpaksa marah, gimana?" Kemudian dijawab lagi, "Jangan marah!" Sedikit menekan dibalas lagi, "Kalau misalnya kita gak tahan lagi mau marah, gimana?" Dijawab lagi, "Jangan marah!" Kemudian dijelaskan, "Kalau ditanya bagaimana caranya supaya tidak marah? jawabnya, jangan marah." 

Seperti yang pernah dikisahkan dalam sebuah Hadis, Suatu saat datang seseorang meminta nasihat kepada Rasul. Dia berkata, ya Rasulullah tolonglah engkau memberi nasihat kepadaku, sebab hidupku tidak beruntung. Rasul menjawab, jangan marah. kemudian apa lagi tanyanya. Rasul menjawab lagi, jangan marah. Begitu sampai tiga kali. Demikianlah suatu hadis memberi petunjuk kepada kita. Jika hendak marah, hindarilah amarahmu, maka surga telah menantimu.
Oleh sebab itu, menghindari marah menjadi kewajiban bagi kita. Teringat pula dengan ungkapan demikian, "sabar itu ada batasnya" jikalau sabar ada batasnya, maka itu belum sabar. Sebab sabar tidak berbatas. Kalau seseorang meletakkan batas pada kesabarannya, maka setelah itu ia akan marah. sedangkan hal itu dibenci Allah.
Jika ingin menghindarkan diri dari marah, maka diamlah. Jika tidak mampu menahannya pergilah itu lebih baik. Selanjutnya, berwudu' demikian itu dapat memadamkan api kemarahan yang sengaja disulut oleh setan.