Open My Head

Jumat, 15 Juli 2011

Tasauf Pilar Pengecap Kebahagiaan Agama

Tahukah kita pilar mana yang menyandarkan agama sebagai pedoman menuju kebahagiaan? Pilar Islam terdapat tiga hal. Pilar Iman atau disebut juga Habblum minannas atau akhlakul karimah. Pilar Islam atau syariat atau fiqih dan pilar Ihsan atau Habbluminallah.
Pilar yang ketiga, padanya inilah hakikat agama sebagai salah satu pokok agama yang merupakan fundamental Islam. Tasauf sebagai metode pengenalan terhadap hubungan kepada Allah. Tasauf yang merupakan bagian Islam ini seperti indera yang mengecap atau dengan kata lain merasakan indahnya agama. 
Kebahagiaan jasmani dan ruhani adalah tujuan umat memeluk agama. Islam dalam hal ini khususnya Tasauf Islam,  pada dasarnya menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki diperoleh bila kita senantiasa dekat dan mendekatkan diri kepada Maha Pemilik dan Maha Sumber segala Kebahagiaan yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Tiada pilar lain yang dapat mengecapnya, kecuali pilar ihsan yang secara khusus meletakkan metode bertasauf (habbluminallah) sebagai upaya pendekatan kepada pemilik Jagad Raya ini Allah Swt. Caranya dengan mengikuti, menaati dan menerapkan sebaik-baiknya tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari, karena agama banyak memberi petunjuk mengenai asas-asas dan cara-cara meraih keselamatan dan kebahagian di dunia dan di ahirat.  Dan agama pun mengajarkan bahwa manusia mampu meraih kebahagiaan, asalkan ia berusaha mengubah keadaan diri mereka menjadi lebih baik. 
Dalam pandangan agama Islam, manusia benar-benar mampu mengubah nasibnya sendiri ("Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri " (Q.S. al-Ra'ad/13: 11) . Artinya manusia mampu merubah dirinya sendiri. Tentu upaya dan doa tak elak menjadi syaratnya. Suatu pernyataan pernah mengungkapkan hal ini, Merubah hidupmu, rubahlah cara berfikirmu. 
Fikiran secara sistematis dan terkoordinasi membentuk gerakan yang merupakan respon dari stimulus yang berasal dari otak. Maka merubah fikiran adalah cara yang tepat untuk merubah pola hidup menjadi bahagia. Namun, perlu kita ketahui, kebahagiaan kita merupakan cerminan dari hati. Oleh sebab itu, hati kita harus bersih dari pikiran-pikiran negatif. Hindarkan dari sifat-sifat buruk seperti dendam, marah, dorongan mencaci maki dan sebagainya.
Hati yang tenang akan terbit kebahagiaan. Mari kita sepakati dahulu, Kebahagiaan bukan semata materi dan kesenangan semu. Tetapi kebahagiaan yang terbit dari rasa tenteram, nyaman, damai, dan merasa kedekatan dengan Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Cara mendapatkan kesenangan, mulailah ibadah dengan niat bersungguh-sungguh. Kemudian ciptakan rasa cinta kepada sesama. Dengan menciptakan cinta, berarti kita telah berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan bagi diri sendiri, lingkungan dan dan orang lain. 
Hindari pikiran negatif dan sebaliknya tumbuhkan energi-energi positif yang dapat membentuk pribadi menarik.