Open My Head

Selasa, 14 Februari 2012

Valentine's Dalam Tanda Tanya (?)

     Valentine's day diyakini sebagai hari kasih sayang se-dunia yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Bukan hal baru bagi kita. Peristiwa ini muncul dari salah satu legenda Pastur Roma bernama Valentine pada abad ketiga. 
     Saat itu, Kaisar Romawi Claudius II membangun kekuatan militer muda dan berpikir pria lajang akan menjadi prajurit yang baik.
    Namun, tidak sejalan dengan pemikiran rakyatnya. Pemuda masa itu memilih untuk menikah dan hidup tentram daripada berperang. Untuk membangun tentara yang kuat, kaisar melarang laki-laki muda menikah. Larangan pada rasa sayang ini tidak adil dan membuat Valentine melakukan upacara perkawinan rahasia. Ketika tertangkap basah, pastor cinta legendaris ini dihukum mati.
      Lebih tragis, pastor ini dipenggal di depan umum pada 14 Februari karena menolak mencela nama Kristus. Karenanya, tanggal tersebut ditetapkan gereja sebagai hari untuk menghormati kehidupan heroiknya.
     Tidak berhenti sampai disitu, rupanya legenda ini terus berkembang hingga kini. Perayaan pun sengaja digelar untuk mengenang legenda tersebut. Sayangnya, tidak berbeda dengan remaja-remaja non muslim, mereka yang notabene muslim dan muslimah pun ikut-ikutan merayakan hari kasih sayang ini. Entah sangkut pautnya dimana dalam ajaran Islam, muda mudi ini menjiplak habis-habisan perilaku permisif yang legal dilakukan orang-orang barat.
      Keinginan untuk turut merayakan hari Valentine ini muncul akibat pengaruh global yang terus berkembang dewasa ini. Tanpa disadari pengaruh yang begitu cepat dari luar mendatangi sendi-sendi kehidupan budaya bangsa. Mengikis sedikit demi sedikit karakter budaya bangsa Indonesia asli dan menggantikannya dengan budaya yang baru.
     Dogma yang terus-terusan dipupuk pada remaja melemahkan budaya nusantara yang kini semakin ditinggalkan. Tak hanya itu, penyimpangan aktifitas remaja pun meningkat saat merayakan valentine ini. Para remaja menganggap hari ini harus dirayakan dengan nuansa romantis sepanjang hari itu. Bahkan tak jarang perilaku seksual dilakukan pasangan muda mudi untuk memaknai kasih sayang pada pasangannya.
     Pembenaran yang secara ramai-ramai dan terkesan dipaksakan ini kurang mendapat tanggapan  masyarakat. Padahal cipta karya budaya global ini benar-benar mengantarkan pemuda bangsa ini menuju jurang penghancur.
      Valentine tidak pernah bener-benar dirasa sebagai momok yang pada suatu saat akan menjadi upacara wajib penyalur syahwat bagi anak laki-laki kepada perempuan yang berakhir dengan pelepasan keperawanan setiap tahunnya. 
      Saat ini saja banyak pribadi yang melazimkan perayaan ini. Media misalnya, ramai-ramai menyiarkan tayangan bertema valentine. Mulai dari dekorasi studionya sampai mengundang selebritis muda yang lagi bergelora asmara sesama selebriti. 
     Media salah satu sarana paling bertanggungjawab dalam penyebaran arus budaya asing yang satu ini. Sebab tayangan- tayangan media bagaikan dengungan keras memberi pengaruh luar bagi penikmatnya. Begitu banyak artikel-artikel tersebar di internet mengenai bahaya yang dibawa melalui valentine's day ini, tidak banyak harapan menyadarkan masyarakat. Sebab media televisi sendiri yang pengaruhnya lebih besar kepada masyarakat secara tidak langsung membenarkan perayaan ini.
     Muncul salah satu pertanyaan apakah yang akan menghentikan pengaruh budaya ekstrim yang bentuk kasih sayang ini?