Open My Head

Selasa, 17 Januari 2012

Ibarat Dua Sisi Uang Logam

Kita mesti melihat ke bawah jika harapan terasa usai yang menjadikan kita bersyukur. kita perlu melihat ke atas apabila semangat terasa tinggal seutas, yang menjadikan kita begitu berharga untuk satu kata "menyerah".
Terkadang  banyak hal yang kita usahakan tidak berbuah hasil yang manis. Yang menjadikan kita terombang-ambing dalam kegalauan. Kenapa? Hampir dipastikan pertanyaan yang keluar dari alam pikiran terhadap kenyataan yang tidak bersahabat. Kekesalan bahkan penyesalan tak elak meracau kata-kata cela pada keadaan.
Namun, pernahkah kita merasakan penderitaan orang lain yang tidak disangka-sangka ditempatkan pada keadaan lebih buruk. Atau apabila semangat mulai kendur pernahkah kita melihat ke atas. Seorang tokoh besar yang hidup di bawah garis kemiskinan. Namun, mampu berkata 'tidak' pada nasibnya. Mereka yakin nasibnya dapat mengantarkannya keluar dari kemiskinan. Jatuh adalah kepastian. Pasti jatuh. Tetapi bangkit jauh lebih pasti mungkin bagi setiap orang yang belajar memahami kehidupan.
Diri kita ini makhluk yang kecil sekali bagi Sang Pencipta. Di sisi lain, penciptaan pribadi ini adalah penciptaan yang sempurna dan bernilai. Tergantung dari sudut mana kita menyikapinya. Uang logam seratus rupiah ada dua sisi yang menjadikannya uang logam senilai seratus rupiah. Begitu juga diri kita, ada dua sisi yang berlawanan. Namun itupula yang menjadikan kita ada. Tidak dapat dipungkiri kejahatan dan kebaikan ada dalam diri kita. Hanya tinggal memilih jalan yang mana. 
Begitu pula kekurangan dan kelebihan keduanya saling melengkapi. Keduanya saling menyokong. Satu sisi bisa saja merasa bangga. Di sisi lainnya merasa menderita. Apalah arti kedua ini ketika kita telah menyadari hidup ini hanya perjalanan singkat yang sarat makna. Jika kita mau menyadari, diri kita sangat berharga, bernilai tinggi dan mulia. Kita adalah orang-orang pilihan yang diciptakan untuk bermanfaat bagi perputaran kehidupan ini.