Open My Head

Minggu, 03 April 2011

Antara Rahmatan lil 'alamin dan Berbuat Kerusakan

 Manusia Rahmatan lil 'alamin
Kita sering terjebak ketika memaknai Rahmatan lil 'alamin. Asumsi kita terhadap istilah ini cenderung mengartikan seorang soleh yang berdakwah menyampaikan ajaran Islam. Bahkan tak jarang membatasinya hanya Nabi dan Rasul yang setingkat itu. 
Padahal, Rahmatan lil 'alamin dapat dilakukan dan berlaku bagi siapapun. Tidak terkecuali non-muslim sekalipun. Sebab maknanya adalah bermanfaat bagi semesta. Dalam kapasitas yang lebih kecil, rahmatan lil 'alamin bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.
Walaupun menyingkirkan duri dari jalan sudah termasuk rahmatan lil 'alamin. Sebab duri pun dapat melukai orang lain. Bila disingkirkan maka jalan tersebut savety akan bahaya sekecil apapun. Bukankah segala kebaikan akan dihitung walaupun sebesar biji zahrah. 
Selain itu, tukang parkir pinggiran jalan. Mereka seakan tidak dianggap ada oleh pengguna jasanya. Namun sebab jasanya pula kemacetan dan kesemerutan kota terhindari. Ketika mereka ada orang tidak memperhatikan, ketika mereka tiada orang akan kehilangan. Karena banyak kesemerautan akan terjadi. 
Demikian rahmatan lil 'alamin begitu mudah dilakukan dimanapun kapanpun. Dengan niat tulus ikhlas karena Allah SWT sudah cukuplah ridho Tuhan yang ingin kita peroleh. Terkadang orang lain bertanya untuk apa kita melakukan itu semua? Tentu hanya Dia segala tujuan dan ridho-Nya yang dicari. 
Bersinergi dengan ungkapan demikian, "ngapain kita di dunia ini? Jadi orang baik aja. Cukuplah Allah tempat kembali segala arah dan semua berasal dari sana. Keberuntungan bukan kebetulan, keberuntungan sebagai sebab-akibat dari kebaikan beberapa tahun lalu. Apa yang kita taman itu yang akan tumbuh.

Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
Sudah jelas kerusakan adalah segala yang sia-sia dan menimbulkan kerugian. Walaupun menggunjingkan orang lain, jika yang bersangkutan tidak suka, itu sudah membuat kerusakan dalam sendi pergaulan bermasyarakat. Dari sana bertolak kecurigaan dan kejahatan. 
Bahkan membuang sampah ke sungai juga tak elak dari merusak. Mempersulit pengurusan surat-surat kendaraan, mempersulit izin dagang, izin tinggal, dengan unek-unek uang juga termasuk merusak tatanan sosial masyarakat. 
Bagaimana dengan tindak korupsi dan segala yang berkaitan ? Kita dapat menjawabnya sendiri dengan mengaitkannya pada akibat yang ditimbulkannya. Merampas hak orang lain, lebih sering mengambil selain milik kita apakah tidak dikatakan mencuri ? 
Sekecil apapun kerusakan yang kita buat akan menimbulkan kerugian pada orang lain baik langsung maupun tidak. Telah diperingatkan oleh Allah, kejahatan itu (dosa) sekecil apapun akan mendapat perhitungan yang seadilnya dari Allah, walaupun sekecil biji zahrah. 
Perbandingan kedua perbuatan yang saling berseberangan ini dapat kita nilai dimana posisi kita saat melihat sampah bertaburan? Apa yang kita lakukan ketika menjabat pemimpin? Seberapa sering kita menggunjingkan orang lain? Seberapa sering kita mengobral aib orang lain? 
Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, keburukan akan berbuah keburukan. Orang-orang yang baik akan berkumpul dengan orang baik, orang-orang jahat berkumpul dengan orang-orang jahat. Apa yang kita lakukan akan terkembali pada pelakunya. Tidak hari ini, besok, tidak besok, lusa. Tidak lusa, mungkin minggu depan, bulan depan, mungkin tahun depan akan kita tuai hasil perbuatan kita.
Mari menyebarkan kebaikan, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Hidup adalah tentang kebajikan.