Dalam suatu forum diskusi, seorang fasilitator bertanya kepada para peserta. Apakah akhlakul karimah? Seorang peserta menjawab akhlak itu ya berbuat kebaikan. Peserta lain menimpali kebaikan kepada sesama. Fasilitator bertanya lagi bagaimana orang berakhlak itu? Peserta diam. Apalagi ketika ditanyakan, Bagaimana ciri-ciri orang berakhlak itu? Apakah berjanggut, berjubah, berbadan tinggi besar, berwajah ganteng, suka berdakwah, fasih berbahasa arab, mampu menerjemahkan Alquran, kemana-mana membawa tasbih?
Apakah demikian ciri-ciri orang berakhlak itu? Bagaimana ciri orang berakhlak di pasar? Bagaimana ciri orang berakhlak di kantoran/perusahaan? Bagaimana ciri orang berakhlak di rapat paripurna? Bagaimana ciri orang berakhlak di masjid-masjid? Bagaimana ciri orang berakhlak dalam rumah tangga?
Sepertinya penting sekali.. benar! Ini penting sekali. Ketika definisi dan contoh orang berakhlak tidak kita ketahui dikhawatirkan kita tidak mencerminkannya. Perilaku orang berakhlak itu, di pasar dia memungut sampah dan tidak membuang sampah sembarangan, senyum ramah. Di kantoran tidak membicarakan orang lain, tidak memarahi bawahan, tepat waktu, tidak memotong pembicaraan, tidak mengkritik. Di rumah tidak marah dengan anak, tidak mematahkan semangat anak dsb.
Banyak sekali contoh orang berakhlak yang terlupakan. Ironisnya, pernah ada pernyataan, Islam itu ada di Indonesia sementara akhlaknya ada di barat. Ini mengartikan bahwa Indonesia memang negara Islam namun pelaksananya adalah orang barat yang non-muslim di sana. Sungguh sangat disayangkan sekali ketika dikatakan ini orang Islam marah tidak terima.
Ketika dikatakan tidak berakhlak orang akan marah siapapun. Namun apabila ditanya apakah anda menghormati tetangga anda? ya, hanya ketika lebaran saja. Apakah anda tepat waktu setiap berjanji? ya, lebih sering terlambat. Manakah yang anda lakukan tegas atau marah pada anak anda? Dan seterusnya-seterusnya.
Maka dari ini marilah kita benar-benar mengkoreksi diri bukan menunjuk-nunjuk orang lain tidak berakhlak.