Open My Head

Senin, 04 Juli 2011

Geliat Tuan Pembantu Berumis Semakin Menjadi

Semenjak kesejahteraan bukan jaminan bagi kaum miskin, semenjak itu pula mereka sadar negeri ini bukan tempat berpijak yang aman dari kelaparan. Tidak ada sandaran empuk menggantungkan nasib yang tinggal seutas saja. Dari pedalaman, berbondong-bondong mereka datang dengan harapan besar meraup devisa dan membangun istana di kampung halaman. 
Resiko tentu bagai dinding-dinding terjal yang harus didaki setapak demi setapak, namun sepertinya jalan ini  dipercaya lebih baik mengubah nasib yang terkatung-katung daripada bertahan dengan koar-koar Petinggi negeri ini yang sudah lupa janjinya. 
Kini sampailah cerita di negeri bermandi minyak itu, harapan yang begitu besar kandas ketika tak setetes keringat dihargai selembar dinar. Malah lembam mendarat disekucur tubuh. Impian yang sama sekali tidak pernah dibayangkan bahkan dalam mimpi siang bolong. 
Tuan berkumis tega benar menyiramkan air panas ke sekucur tubuh lemas tak cukup makan. Tuan, mampukah melakukannya pada anakmu yang semata wayang? Atau mampukah merasakan pada diri sendiri? Ajaib benar Tuan dari negeri Aladin dan Abu Nawas itu. Apakah Tuan makan bukan dari gandung dan roti? Sehingga bak moster yang melahap budaknya tanpa ampun.
Bagaimana Tuan menuliskan sejarah kelam manusia yang tak manusiawi ketika nanti Tuan dipersaksikan seluruh umat kelak? Duhai Tuan penguasa dari negeri berperadaban.   

Dalam Kehidupan Kita Harus Tegas



Lebih tepat kalau dikatakan hidup kita harus disiplin. Tapi tetap saja ide awal tulisan ini tentang hidup yang tegas. Kenapa kita harus tegas? Karena hidup berjalan dengan pola yang biasa kita kerjakan sehari-hari. Mau pintar bisa, mau tidak ya bisa. Mau kaya ya bisa mau miskin ya bisa. Tergantung pola hidup kita. Apalagi, sukses bisa, Gagal sangat bisa.
Tergantung pilihan. Tidak ada yang dapat menjadikan pribadi anda pintar, kaya, sukses, maupun bahagia. Selain diri anda sendiri. Dalam prakteknya, hidup memang cenderung memilih yang mudah, yang enak, instan. Benar yang instan-instan kini diminati. Namun, ada pernyataan yang mengatakan, tidak ada orang yang rajin di dunia ini, semua hanyalah permainan pikiran. Orang itu, men-setting piirannya sedemikian rupa. Sehingga ia sadar bahwa inilah yang seharusnya ia lakukan. Dia mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kenapa kita tidak mengerjakan ini padalah ini bermanfaat? Mengapa kita tidak menjadi ‘begitu’ padahal seharusnya memang begitu?
Kita sebut saja, kebiasaan hidup bersih. Kenapa kita tidak membiasakan hidup bersih, padahal kita tahu manfaat hidup bersih. Manusia sangat betah dengan pemandangan-pemandangan yang indah. Sangat betah berlama-lama tinggal di tempat yang bersih, asri, nyaman, lestari. Tetapi kenapa kita tidak melakukan yang seharusnya yaitu menjaga kebersihan.
Nah, pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberi alasan mengapa kita harus melakukannya? Why we must do it? Semakin berkembang jika proses-proses ini nantinya akan kita jadikan kebiasaan. Tidak pernah sama sekali melakukan ini, bukan berarti tidak bisa melakukan. Hanya pola saja yang perlu kita terapkan. Seperti judul di atas, dalam kehidupan kita harus tegas.
Tegaslah terhadap diri sendiri, tegas dalam menentukan pilihan. Apakah saya mau bahagia? Maka bahagialah. Apakah saya mau kaya maka berpikirlah seperti orang terlanjur kaya (hahaha.. seperti sinetron). Apakah saya mau bahagia ? maka bahagialah sekarang sebelum terlambat.