Open My Head

Jumat, 29 April 2011

Bahaya Gosip Prasangka Bergunjing dan Fitnah

Serangkaian Gosip Prasangka Bergunjing dan Fitnah membawa dampak buruk yang luar biasa. Negara ini contohnya, di Parlemen, sikap saling tuding menuding, mencari-cari kesalahan orang lain kerap mewarnai persidangan. Sedikit saja bertindak, pihak lain menghujam kritikan. Sehingga tidak ada pembangunan yang berjalan baik. Semua berjalan dengan liku-liku kritikan.
Bahkan tak elak dugaan korupsi seakan teriakan meminta upeti agar dibagi bersama, supaya beritanya tidak sampai kepada rakyat. Kalau istilahnya, 'maling teriak maling'. 
Akhirnya kata yang tidak nyaman disandang siapapun muncul, kemunafikan. Kemunafikan muncul sebagai landasan orang yang hendak menghujam orang lain. Seperti pejabat yang bersih, tidak suka bermain mata, karena takut kelilipan, malah dituding sebagai orang munafik tidak mau uang, sudah taubat, hidupnya hanya berdoa-doa saja. Demikianlah tudingan kemunafikan. 
Akhirnya orang-orang yang tidak mementingkan keuntungan pribadi menyingkir. Tinggalah orang-orang yang ingin mencapai tujuannya berbisik-bisik di balik tirai hukum. Obrolannya seputar bagi hasil dan hasil bagi-bagi. Setiap proyek dikeroyok bersama. Prinsip bekerjasama dan sama-sama bekerja lebih aman dan menguntungkan daripada main sendiri, bisa kena ciduk. 
Demikianlah gambaran rahasia umum yang rahasia tapi diketahui umum. Bermula dari prasangka, gosip, bergunjing dan fitnah. Bahayanya adalah menjungkir balikkan yang benar dan menelentangkan yang salah. Sehingga jalan yang benar telah diblokir dan jalan yang salah akan menuju ke garis finish dan mendapat hadiah.

Rabu, 13 April 2011

Menilik ayat Alquran Surat Al-Kahfi :109

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."(QS. Al Kahfi : 109)
Ayat di atas menyatakan demikian itu tiada batas nikmat Tuhan dapat kita menghitungnya. Semakin kita mempelajari ilmu pengetahuan, maka semakin luas pengetahuan kita. Namun semakin pula kita tahu begitu banyak yang tidak kita ketahui. 
Dari ayat di atas kita perlu bercermin, ilmu pengetahuan yang kita miliki sekarang hanyalah sedikit sekali dari yang telah digariskan Allah SWT. Nikmat yang dilimpahkannya tidak dapat kita ukur dengan pengetahuan kita. Sekali-kali kita patut menginstrospeksi siapa dan bagaimana kita. Cukupkah yang kita miliki menjadi tujuan hidup kita? Kemana kita akan kembali setelah kehidupan ini berakhir? 
Pertanyaan ini mesti hadir dalam diri manusia untuk mengetahui jati dirinya. Kehidupan kita tidaklah berhenti sampai menamatkan Sarjana (S1) dan (S2)... saja, tidak pula sampai berumah tangga dan mempunyai banyak anak. Kehidupan memang bergulir demikian. Namun, untuk apa kita berpendidikan? Untuk apa kita berkeluarga? 
Bila kita mau mengheningkan pikiran usai melaksanakan shalat malam. Berhentilah sejenak untuk menjernihkan pikiran. Tanyalah pada diri sendiri siapa diri ini dan hendak kemana? Ini memungkinkan kita untuk memperoleh petunjuk dari Sang Maha Kuasa. Disaat inilah suasana hening bening menyapu malam. Ketika itu malaikat-Nya menyusuri malam mencari dimana seorang soleh bertafakur mengharap ampunan dan petunjuk Ilahi.
Mari kita mengambil pelajaran dari Firman Allah, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." "Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami," "kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar." (QS. Al-Israa' : 85-87).
Dari ayat di atas Allah menyampaikan pesan-Nya, pengetahuan yang dititipkan kepada manusia itu sedikit. Dengannya manusia menjadi sombong. Padahal jika Allah berkehendak, Dia dapat melenyapkannya, sirna tidak berbekas, lantas apa yang akan kita sombongkan lagi? Tidak akan ada pembelaan (perlindungan) kecuali atas izin-Nya. Dikunci dengan penjelasan, bahwa karunia yang dikucurkan-Nya besar. Seperti dijelaskan pada surat Al Kahfi 109 di atas. Demikian besar nikmat Tuhan. 
Pengetahuan apapun yang kita miliki, baik ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, kesenian, maupun ilmu agama. Kalau kita mengatakan, "Saya beriman dan mengerjakan rukun Islam" Cukupkan demikian itu menjadi pembelaan di akhirat kelak? Padahal dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, yang demikian itu tiadalah cukup jika dibandingkan dengan Nikmat-Ku. 
Perlu kita ketahui Islam tidak hanya sekedar shalat, puasa, zakat, dan melaksanakan haji. Islam sangatlah luas dan mendalam. Islam adalah agama yang mulia disisi-Nya. Ada tiga pilar Islam yaitu, Iman, Islam dan Ihsan. 

Hal ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW "Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam." Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu." Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang iman." Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan." Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah menjawab, "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)
Kerendahan hati, salah satu pintu masuknya ilmu kepada manusia. Oleh sebab itu, siapapun yang mengabarkan kebaikan dan memperingatkan larangan-larangan Allah, hendaklah kita mendengarkannya. Dengan menyombongkan diri atas kemampuan yang sedikit sekali itu hanya membuat Allah murka kepada kita. Demikian semoga bermanfaat.

Minggu, 03 April 2011

Antara Rahmatan lil 'alamin dan Berbuat Kerusakan

 Manusia Rahmatan lil 'alamin
Kita sering terjebak ketika memaknai Rahmatan lil 'alamin. Asumsi kita terhadap istilah ini cenderung mengartikan seorang soleh yang berdakwah menyampaikan ajaran Islam. Bahkan tak jarang membatasinya hanya Nabi dan Rasul yang setingkat itu. 
Padahal, Rahmatan lil 'alamin dapat dilakukan dan berlaku bagi siapapun. Tidak terkecuali non-muslim sekalipun. Sebab maknanya adalah bermanfaat bagi semesta. Dalam kapasitas yang lebih kecil, rahmatan lil 'alamin bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.
Walaupun menyingkirkan duri dari jalan sudah termasuk rahmatan lil 'alamin. Sebab duri pun dapat melukai orang lain. Bila disingkirkan maka jalan tersebut savety akan bahaya sekecil apapun. Bukankah segala kebaikan akan dihitung walaupun sebesar biji zahrah. 
Selain itu, tukang parkir pinggiran jalan. Mereka seakan tidak dianggap ada oleh pengguna jasanya. Namun sebab jasanya pula kemacetan dan kesemerutan kota terhindari. Ketika mereka ada orang tidak memperhatikan, ketika mereka tiada orang akan kehilangan. Karena banyak kesemerautan akan terjadi. 
Demikian rahmatan lil 'alamin begitu mudah dilakukan dimanapun kapanpun. Dengan niat tulus ikhlas karena Allah SWT sudah cukuplah ridho Tuhan yang ingin kita peroleh. Terkadang orang lain bertanya untuk apa kita melakukan itu semua? Tentu hanya Dia segala tujuan dan ridho-Nya yang dicari. 
Bersinergi dengan ungkapan demikian, "ngapain kita di dunia ini? Jadi orang baik aja. Cukuplah Allah tempat kembali segala arah dan semua berasal dari sana. Keberuntungan bukan kebetulan, keberuntungan sebagai sebab-akibat dari kebaikan beberapa tahun lalu. Apa yang kita taman itu yang akan tumbuh.

Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
Sudah jelas kerusakan adalah segala yang sia-sia dan menimbulkan kerugian. Walaupun menggunjingkan orang lain, jika yang bersangkutan tidak suka, itu sudah membuat kerusakan dalam sendi pergaulan bermasyarakat. Dari sana bertolak kecurigaan dan kejahatan. 
Bahkan membuang sampah ke sungai juga tak elak dari merusak. Mempersulit pengurusan surat-surat kendaraan, mempersulit izin dagang, izin tinggal, dengan unek-unek uang juga termasuk merusak tatanan sosial masyarakat. 
Bagaimana dengan tindak korupsi dan segala yang berkaitan ? Kita dapat menjawabnya sendiri dengan mengaitkannya pada akibat yang ditimbulkannya. Merampas hak orang lain, lebih sering mengambil selain milik kita apakah tidak dikatakan mencuri ? 
Sekecil apapun kerusakan yang kita buat akan menimbulkan kerugian pada orang lain baik langsung maupun tidak. Telah diperingatkan oleh Allah, kejahatan itu (dosa) sekecil apapun akan mendapat perhitungan yang seadilnya dari Allah, walaupun sekecil biji zahrah. 
Perbandingan kedua perbuatan yang saling berseberangan ini dapat kita nilai dimana posisi kita saat melihat sampah bertaburan? Apa yang kita lakukan ketika menjabat pemimpin? Seberapa sering kita menggunjingkan orang lain? Seberapa sering kita mengobral aib orang lain? 
Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, keburukan akan berbuah keburukan. Orang-orang yang baik akan berkumpul dengan orang baik, orang-orang jahat berkumpul dengan orang-orang jahat. Apa yang kita lakukan akan terkembali pada pelakunya. Tidak hari ini, besok, tidak besok, lusa. Tidak lusa, mungkin minggu depan, bulan depan, mungkin tahun depan akan kita tuai hasil perbuatan kita.
Mari menyebarkan kebaikan, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Hidup adalah tentang kebajikan.